Tulisan ini saya buat sebagai respons atas berita tentang keterlibatan saya dalam kasus perceraian kedua sahabat dekat saya, Dewi Lestari dan Marcell Siahaan. Awalnya ketika dihubungi beberapa media, saya memilih untuk bungkam karena tidak ingin mengusik ketenteraman proses mereka dengan bumbu-bumbu sensasi pemberitaan. Setelah waktu berlalu, saya merasa perlu untuk memberikan pernyataan langsung lewat tulisan ini.
Setelah beberapa waktu berlalu, saya merasa perlu untuk memberikan pernyataan langsung lewat tulisan ini, demi mempertahankan keaslian komentar saya tanpa menjadi komoditas infotainment yang seru bagi sebagian konsumennya, meskipun tidak selalu faktual dan cenderung menyesatkan.
Distorsi Pemberitaan di Media Gosip
Selama beberapa waktu terakhir, saya menyaksikan betapa tingginya distorsi pemberitaan yang terjadi di berbagai media tentang kasus ini.
Yang saya amati, kebenaran sesungguhnya menjadi terdistorsi karena: (1) pernyataan asli dipotong-potong dari kalimat yang utuh, menjadi berbeda artinya karena disajikan secara parsial, (2) pernyataan jujur menjadi bias karena ditambahi atau bahkan dibuat-buat media sehingga memojokkan pihak di luar proporsinya, (3) kisah yang disampaikan jujur dan benar tidak bisa dijual sehingga harus dibumbui agar menjadi berita yang fiktif dan penuh sensasi.
Dari mulai pernyataan yang tidak pernah dituturkan bisa tampil seolah-olah terjadi dialog antara narasumber, klarifikasi jujur yang tidak diterima sebagai pernyataan kebenaran, karena terkadang wartawan dan publik lebih suka mencari ‘sensasi’ ketimbang kebenaran, hingga muncul berbagai pelanggaran etika dan privasi yang menyebabkan stres yang lebih besar daripada keputusan dan proses perceraian itu sendiri bagi para pihak.
Apa yang saya tulis di blog ini bisa dipertahankan kemurniannya, karena meskipun barangkali tulisan ini akan diputarbalik lagi untuk memenuhi standar komoditas gosip, minimal publik setiap saat bisa mengakses blog ini dan melihat versi aslinya.
Bagi yang berminat pada kisah yang parsial, bias, fiktif penuh sensasi, silakan “beli” apa yang Anda cari di toko gosip langganan Anda, namun tulisan ini saya sajikan sebagai upaya untuk memberikan informasi yang lebih utuh, murni dan faktual.
Saya hanya bisa berpesan, jangan telan dan percaya bulat-bulat apa yang Anda baca, simak, tonton di media gosip. Tentunya percaya atau tidak adalah pilihan Anda, saya hanya sekadar menggarisbawahi bahwa banyak porsi pemberitaan yang disajikan bukanlah fakta apalagi kebenaran. Itulah kenyataan dunia pemberitaan figur publik, sebagai bisnis citra yang bisa laku karena menjadikan rumor sebagai komoditi, demi honor, rating dan oplah.
Komentar Saya Tentang Isu Pihak Ketiga
Dalam pertemuan pers yang dilakukan Dewi dan Marcell baru-baru ini, dari mulut mereka sendiri telah disampaikan bahwa tidak ada pihak ketiga yang menjadi penyebab dari perceraian mereka. Setelah pernyataan tersebut disampaikan, beberapa media sibuk mengutak-utik kebenaran dari pernyataan tersebut, termasuk kepada saya, yang diberitakan sebagai pihak ketiga yang menjadi penyebab dari perceraian tersebut.
Bersama ini, saya sebagai diri sendiri, maupun sebagai sahabat Dewi dan Marcell, serta sebagai pihak yang dituding, menyatakan sejauh pengetahuan saya, pernyataan Dewi dan Marcell tentang tidak adanya pihak ketiga yang menjadi penyebab perceraian mereka, adalah benar. Sekali lagi, saya tegaskan bahwa rumor tentang adanya pihak ketiga yang menjadi penyebab perceraian mereka, baik itu saya sendiri maupun pihak lain, adalah salah.
Saya sadar bahwa pernyataan ini bisa saja mengundang reaksi percaya maupun tidak percaya, dan rentang diantara rasa percaya dan tidak percaya ini menjadi ruang yang bisa dikomoditaskan kembali oleh ‘pedagang drama dan gosip’ di manapun mereka berada. Saya hanya bisa menyatakan kebenaran, percaya atau tidak kembali kepada pilihan masing-masing individu.
Bagi yang haus drama dan gosip, entah karena kisah ini memberikan nafkah bagi mereka yang berdagang rumor, atau karena kisah ini memberikan Anda kesempatan untuk berpaling dari kerumitan hidup Anda sendiri, silakan percaya apa yang ingin Anda yakini, silakan berikan cap yang ingin Anda sematkan. Bilamana gosip ini memberikan manfaat buat Anda, anggaplah itu kepedulian sosial saya yang merelakan diri untuk berperan menjadi objek kesimpangsiuran suasana.
Komentar Saya Tentang Perceraian
Saya sependapat dengan Dewi Lestari, sebagaimana pernyataan yang dia buat di tulisan “Catatan tentang Perpisahan” baru-baru ini dalam blog pribadinya dee-idea.blogspot.com.
Segala perpisahan, apakah itu perceraian, putus pacaran maupun kematian, pada hakikatnya yang paling sederhana, hanya bisa dicetuskan oleh penyebab yang paling mendasar: memang sudah waktunya. Ketika sudah waktunya berpisah, kita bisa meronta disertai dengan berbagai bumbu ‘gejala’, namun pertemuan dan perpisahan sebenarnya sama-sama kehendak Tuhan, sama-sama jalan takdir.
Tentang dampak negatif terhadap anak dan keutuhan jiwa para pihak, saya merasa kita perlu lebih jeli. Yang menimbulkan efek negatif bukanlah perpisahan itu sendiri, namun pertikaian dan ketidakjujuran hati dari para pihak yang terlibat.
Memang barangkali 95% perpisahan pernikahan bisa saja selalu disertai dengan pertikaian tersebut, sehingga kita lompat pada kesimpulan bahwa perceraian itu berdampak negatif, namun sesungguhnya bukan perceraian itu sendiri yang merusak jiwa, dan sepengetahuan saya, baik Dewi maupun Marcell menyadari betul hal ini.
Itu juga yang membawa saya pada poin bahwa ketika mereka bisa menjalani perpisahan ini dengan damai, tanpa bertikai dan jujur dengan hati masing-masing, memang ini sesuatu yang langka. Justru melalui kelangkaan “cerai damai” ini muncul harapan positif bahwa dalam keputusan mereka yang memilih untuk berpisah tanpa bertikai, mungkin efek negatif pada jiwa yang terlibat, termasuk Keenan, bisa diminimalkan ketimbang mempertahankan pernikahan yang dari luar terlihat manis, namun di dalamnya menyimpan pertikaian dan kepalsuan hati.
Bagi saya, bersatu dalam pernikahan tidak selamanya pasti baik, dan berpisah melalui perceraian tidak selamanya pasti buruk. Setiap pihak berhak punya pendapat sendiri tentang hal ini.
Menghargai Privasi, Pilihan dan Proses
Kepada teman-teman di media, saya meminta kerelaannya untuk menghargai privasi, pilihan dan proses yang saat ini sedang dilakoni para pihak yang terlibat. Saya bisa memahami bahwa Anda sedang menjalankan pekerjaan masing-masing dengan sebaik-baiknya, namun kami pun demikian. Pekerjaan saya sebagai terapis (praktisi penyembuhan holistik) menuntut adanya ketenangan yang setiap hari perlu kami sajikan bagi para klien kami. Mohon jangan desak saya untuk mengambil langkah lebih tegas dan akhirnya mengusik keharmonisan hubungan saya dengan pihak media selama ini.
Bersama ini saya tegaskan bahwa saya tidak bersedia untuk dihubungi, ditemui maupun diwawancara dalam format apa pun oleh media mana pun, hingga proses perpisahan kedua sahabat saya, Dewi dan Marcell, selesai dengan tuntas.
Bagaimanapun juga, kita semua membuat pilihan dan keputusan berdasarkan apa yang kita yakini merupakan hal terbaik yang kita perlu tempuh.
Saya mencintai kejujuran dan keterbukaan, namun kasus ini bukanlah tentang hidup saya sendiri, namun hidup dan ketenteraman mereka. Saya hanya ingin menjaga itu agar keputusan mereka untuk berpisah, yang sebenarnya sudah merupakan pilihan besar dan proses berat, bisa dijalani dengan tenang, ikhlas dan selaras.
Semoga kebenaran sesungguhnya bisa menjadi jernih dan utuh, dan saya berdoa agar proses perpisahan mereka merupakan keputusan yang terbaik dan membawa kebahagiaan bagi para pihak yang terlibat.
UPDATE 5 SEPTEMBER 2008: CATATAN TERAKHIR
Dua hari yang lalu, 3 September 2008, proses perceraian kedua sahabat saya, Dewi dan Marcell telah resmi tuntas. Begitu banyak hal yang terjadi selama beberapa minggu ini, saya hanya ingin memberikan catatan terakhir tentang masalah ini.
Saya sekadar memenuhi janji kepada beberapa pihak untuk memperjelas duduk situasi yang tidak bisa saya jelaskan sebelumnya, karena saya perlu melindungi beberapa kepentingan (seperti ketenangan klien kami di pusat terapi, kelancaran proses persidangan, maupun ketenangan hati para pihak yang terlibat langsung). Saya tidak mencari persetujuan, dukungan atau pembenaran dari siapapun, toh siapapun yang yang membaca inipun akan bisa punya pendapatnya sendiri.
1. Memang benar saya dan Dewi Lestari berada dalam sebuah hubungan cinta saat ini, namun bagi kami yang terlibat, ini bukanlah hubungan perselingkuhan (yang mana saya definisikan sebagai hubungan asmara yang terjadi antara 2 pihak, di mana salah satu atau keduanya sudah punya pasangan, dan hubungan asmara tersebut terjadi TANPA sepengetahuan atau restu dari pasangan resminya), berdasarkan kronologis faktual yang diketahui langsung oleh para pihak, sebagaimana berikut ini:
· Marcell dan Dewi memutuskan bulat untuk berpisah secara hukum di akhir 2007. Sebelumnya di akhir 2006, mereka sudah punya kesepakatan untuk mengikhlaskan satu sama lain bilamana menemukan seseorang yang dirasakan sesuai menjadi pendamping hidupnya.
· Tidak lama setelah keputusan berpisah tersebut, Marcell pun atas inisiatifnya sendiri kepada saya menyampaikan itikad baiknya untuk tetap menjalin keharmonisan antar pihak, dan juga Marcell menyampaikan kepada saya langsung keikhlasannya, dengan membuka jalan bagi saya untuk memulai hubungan lebih lanjut dengan Dewi.
· Perubahan hubungan dari sahabat dekat menjadi hubungan cinta, baru terjadi beberapa bulan setelah keputusan berpisah secara hukum tersebut, dan setelah terjadi komunikasi langsung antara Marcell dan saya sebagaimana dijelaskan diatas.
· Itulah yang membuat saya memberikan pernyataan di bulan Juli 2008, yang memuat konfirmasi saya bahwa memang tidak ada pihak ketiga yang menjadi PENYEBAB perceraian mereka. Mereka sudah memutuskan untuk bercerai, kemudian baru memutuskan untuk merestui satu sama lain dalam membina hubungan baru dengan pasangan masing-masing. Hubungan cinta antara saya dan Dewi Lestari, adalah AKIBAT dari perceraian mereka.
2. Dewi Lestari tidak pernah menjadi pasien saya di klinik penyembuhan holistik yang saya jalankan. Pengertian pasien di sini adalah individu yang memutuskan untuk mengikuti terapi individual, di mana saya selaku terapis punya kode etik pribadi dan profesional. Kode etik ini memberikan pembatasan kepada saya sebagai terapis, di mana seorang terapis tidak diperbolehkan bersosialisasi (makan siang, ngopi sore, jalan-jalan, dsb) dengan pasien, selama pasien tersebut masih menjalani terapi.
Keterlibatan Dewi dalam dunia penyembuhan holistik selama ini bukanlah sebagai pasien saya, sebagaimana yang secara meleset disebutkan di beberapa forum dan media, namun sebagai peserta pelatihan / workshop berkelompok yang kami adakan dari waktu ke waktu. Dengan demikian, hubungan cinta saya dengan Dewi tidak melanggar kode etik terapis yang selama ini saya jalankan bagi setiap pasien kami.
Demikian klarifikasi final dari saya, yang sekaligus menjadi catatan terakhir tentang kehidupan pribadi saya di blog ini. Terimakasih atas semua pihak yang telah meletakkan perhatiannya pada episode ini, mari kita bersama melanjutkan hidup dengan langkah yang jernih.
Surat Suara Tanpa Angka
-
*Surat Suara Tanpa Angka *
Setelah empat tahun absen, saya kembali ke rumah tua ini, *blog* yang
tadinya sudah ingin saya pensiunkan demi pindah ke alam...
10 years ago
You, Dewi and Marcell are still inspiring us.... God bless you all...
ReplyDeleteLama gak ketemu, tau2 jadi 'celebrity':( My comment; semua orang punya hak untuk memilih, dan punya kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap pilihan. Take care!
ReplyDeleteas I told you before...you've got my support ( dari jauh )for anything, wether is wrong or right..good or bad...true or false..true friend won't give any judgement :)
ReplyDeleteSabar and Take Care Re...
Mas Reza..semua akan indah pada waktunya.. we all support you always. salam dari Yan dan Irma.
ReplyDeleteRez, be though
ReplyDeleteDee-Marcell, you guys really know what to do..
Dulu dosenku pernah kasih materi tentang 7 Dosa Besar Pers, nahh.. klo aku perhatiin infotainment itu sebagian besar melakukan 2 diantara 7 dosa itu.
ReplyDelete1. Distorsi Informasi
Yaitu informasi yang sengaja diganggu wartawan sehingga maksudnya menjadi tidak benar. Dilakukan dengan menambah atau mengurangi informasi.
2. Dramatisasi Fakta Palsu
Yaitu melebih-lebihkan fakta sehingga objektfitasnya menjadi berkurang. Dramatisasi ini dipraktekkan dengan memberikan ilustrasi secara verbal, auditif atau visual secara berlebihan tentang suatu objek.
So, klo boleh aku kasih cap. Infotainment tuh memang lebay! terlalu melebih-lebihkan, gerah juga aku klo udah denger berita yg 'keliatan sekali' melebihi porsi dan kadarnya, dan jadi bias dengan fakta yang ada.
Mas Reza memang bijaksana sangat!^_^ berkomentar dengan melihat dari banyak sisi.
btw, seminggu yg lalu aku maen ke Klinik, ketemu sama mbak Enggar and Mas Nugdha, hehe..
mas reza, tak link yah blognya. may i? :)
Bila semua orang mendapatkan pencerahan, niscaya industri periklanan dan empire media akan runtuh kehilangan populasi konsumennya yg mengejar kebahagiaan dgn benda2 dan drama. Para wartawan akan kehilangan nasi untuk anak dan istrinya.
ReplyDeleteKarena itu segala sesuatu yg menuju 'pencerahan' sengaja dihalang2i, dibuat mahal, dibuat langka oleh pihak2 tertentu. Rasanya mustahil untuk meruntuhkan kerajaan bisnis hiburan di negri ini. Kecuali bila true nature healing dan para kompetitornya sdh punya cabang di tiap kota besar di. Indonesia hehe.. Jadi yg mau aku blg disini adlh, you're great, with or without the supressive media outside, you're always peaceful inside. Rambahlah tiap insan di negeri ini dgn pengetahuanmu. Sentuh mereka dgn workshop2 mu. Balas para pihak media dgn itu.
-hanita, the seeker-
dear Reza,
ReplyDeletei saw you with dee at takashimaya singapore , can i have your commnet on that ? do write it in your blog, so everyone would understand what is it between you and dee
GBU
Gw barusan (1.10 pm SIN) liat Dewi Lestari ama Reza Gunawan gandengan tangan di Takashimaya B2. I took back what I said earlier bahwa gw ngga percaya Reza Gunawan jalan bareng Dewi....>>Tulisan ini diposting kemaren? Gimana pendapat mas? Siapa bohong???hihihihihihihihi
ReplyDeletei spot you 2 in Takashimaya B2 with hand in hand
ReplyDeletegotcha
should i publish the picture of you & dee ? :D
ReplyDeletemay be you should consider not to ruin other people life. perhaps you should go buy a life
wkwkwkwk
Hai Mas Reza,
ReplyDeleteMenurut saya, kalo memang benar mas Reza bukan pihak ketiga, kayaknya ga perlu klarifikasi apa-apa deh.
Buat saya infoteinment bukan wartawan tapi sudah kapasitasnya jeblok selevel paparazzi. Saya sendiri ga pernah terlalu percaya sama infoteinment. Tapi kalo sampe mas Reza klarifikasi begini, kayak kebakaran jenggot lho. Menimbulkan banyak pertanyaan.
Sebagai orang yang ga percaya infoteinment, you shouldn't do this. Ga perlu dan ga penting.
Lam kenal....
ReplyDeleteemank sulit kalo uda ngomong soal pers yah.. apalagi berhubungan sama gosip dan kehidupan pribadi, uuhhh uda jadi sasaran empuk mereka.. buat kakak, kak dewi, kak marcell tetep semangat.. GBU all..
kita tunggu saja.
ReplyDeletewaktu yang akan menjawab.
agung
hahahaha, Berhasil membuat DF geger n gosiper pun kecewa ya mas.
ReplyDeletetempat marketing yang hebat..
ReplyDeleteuang memang bisa menjawab keresahan2 anda.
kebahaaiaan sudah bukan lagi menjadi kebutuhan. ckckckck...
HEBAT!! go figure when u getting naked, what u've to do in ur life.
at that time, please.. judge urself.
sadari.. anda menjadi terapis yang gagal karena terpikat pada pasien anda. merusak pandangan hidupnya. merebut hatinya. menghancurkan suatu janji hidup yang bukan permainan.
ReplyDeletetidak ada yang salahkan? funny*
muup sebelumnya.....
ReplyDeleteeh bung, apa hak loe yg cm 'sahabat'(nyata2 org luar) komentar ttg rmh tangga mrk??? ttg kepalsuan hati?? tau apa loe?????? hati loe aja palsuuu.. omongan loe, loe uda boongin diri loe, apa lagi ke khalayak umum bung!
geli n kesian ada org kaya loe.. beneran dehhhhhhhhh kaya nya loe butuh MEDITASIII. wkwkwkwkwkwk lucu aja.
Terimakasih buat semua yang sudah memberikan pendapat, komentar, dukungan dan kritikannya.
ReplyDeleteKemarin Dee mengupdate perkembangan terakhir tentang isu ini, bagi yang berminat baca silakan mampir ke http://dee-idea.blogspot.com/2008/08/10-most-hillarious-humorous-and-hideous.html,
dalam posting tersebut ada sebagian porsi yang melibatkan saya.
Hidup ini memang beragam, saya tidak bisa mengubah siapapun dengan begitu banyak filter persepsi yang digendong masing-masing. Yang saya bisa lakukan adalah menyampaikan kejujuran sesuai dengan pengalaman hidup saya.
Ketika kejujuran disampaikan, ada 3 hal yang membuat pembacanya tidak dapat menerima kejujuran tersebut:
1. Pembaca tidak mengerti bahasa yang saya gunakan.
Obat dari ketidakmengertian ini bisa diperoleh dari bertanya langsung bila masih percaya dengan kredibilitas jawaban, atau perenungan lebih dalam dari tulisan yang disajikan hingga pengertian tercapai.
2. Pembaca tidak percaya dengan jawaban yang tersaji.
Ini yang lebih sulit, kalau posisi awal sudah tidak percaya, ya memang tidak ada lagi celah komunikasi. Apapun yang saya sampaikan sebagai jawaban hanya akan dikaburkan lagi oleh ketidaksukaan pembaca akan sikap dan perkataan saya.
3. Pembaca sudah terkunci dalam asumsi dan persepsinya sendiri.
Ini memang masalah yang paling fundamental, dan tidak bisa saya selesaikan. Dirinya sendiri yang perlu melonggarkan asumsi demi bisa memetik kebenaran tentang jujur tidaknya pernyataan yang sedang dibaca.
Mengapa saya tulis ini? Karena dalam beberapa komentar berikut, saya akan tampilkan beberapa comment dari pengunjung blog saya yang mewakili ketiga penjelasan diatas. Tidak perlu disikapi terlalu serius, mereka memang sudah membulatkan hati dan pendapatnya, jadi kalau terlalu diseriusi kita bisa lupa untuk merayakan hidup.
Yang paling menggelikan bagi saya, adalah salah satu komentar dari Anonymous berikut ini, seseorang yang tidak cukup berani menyampaikan identitasnya.
Dalam komentarnya, si Anonymous yang TIDAK KENAL dengan saya, Dewi dan Marcell, mempertanyakan hak saya untuk berkomentar tentang isu kedua sahabat saya yang melibatkan saya? Bisakah Anda melihat kelucuan paradoksnya :)
Dunia ini memang gila, makanya saya memutuskan untuk memilih jalan edan menuju kebahagiaan total.
Salam,
Reza
PS: mulai saat ini saya hanya akan mempublish komentar siapapun yang berani menampilkan identitas dirinya, bukan anonymous. Yang sudah terlanjur saya terbitkan, anggaplah bonus dan pelajaran buat kita petik dan tertawa bersama.
Dear Reza,
ReplyDeletekalau boleh ikut komentar, dengan melihat komentar2 di atas, CMIIW, sepertinya ada perbedaan nilai antara orang2 yang menjudge anda, dan anda sendiri.
Kebanyakan orang memakai nilainya sendiri, (misalnya agama) bahwa perceraian itu sesuatu yang salah dan dosa, which, in your value, perhaps, adalah sesuatu yang alamiah, sealami pertemuan itu sendiri.
Sehingga kalau menurut anda, jika si A memutuskan untuk berpisah dengan B, kemudian si A menjalin hubungan dengan C, itu adalah sesuatu yang alami, dan bukan salah atau dosa, pun itu dalam wadah pernikahan (selama ketiganya sadar dan bukan dengan maksud membohongi satu sama lain).
Sedangkan orang lain, menganggap itu adalah perbuatan yang masih dalam kelompok "dosa, cheating, menyakiti, berbohong, salah, dsb".
Buat saya, paham2 orang2 yang menjudge anda dengan standar nilainya sendiri (yang kebanyakan merupakan pengamalan agama yang dianutnya) ya tidak akan pernah ngerti ada orang2 dengan pemikiran seperti anda sehingga buat kebanyakan orang, yang anda lakukan itu salah, dosa dst dan berbuah pencibiran terhadap sikap anda "Reza adalah orang ketiga dalam Dewi - Marcell, titik", tanpa bisa mengerti jalan pikiran anda.
Sayang ya banyak orang yang tidak bisa, dan tidak mau untuk mengerti bahwa ada nilai lain yang dianut orang lain, dan itu belum tentu salah, tapi "berbeda" atau "spesial" atau "unik" dst.
Kalau soal media yang melebih2kan, jangankan kasusmu, segala semut keseleo aja saya rasa bisa jadi headline deh, I feel sorry for them.
Salam.
Mas Reza,
ReplyDeletehonestly, saya baru tau mengenai anda melalui blognya mbak dewi. yg bikin saya tertarik bukan karena apa yg ada ato diada2kan antara anda, dewi dan marcell, tapi karena anda adalah seorang terapis, saya tertarik dengan hal kayak gitu :)
saya jadi nertawain diri sendiri, kenapa selama ini bisa gak tau ada orang seperti anda. pemaparan anda yg saya baca di blog ini selalu logis, universal dan gak ngumbar terlalu jauh sisi religi. gampang dinalar, saya suka itu.
thanks, anyway. sudah lumayan ngasih wawasan baru, membantu terbitnya cerah di diri saya.
klo berkenan, saya akan ngelink blog mas Reza di blog saya. semoga ntar saya bisa rajin2 blogwalking ke tempat anda :)
sekali lagi, saya sangat menyukai gaya bahasa dan kata2 yg anda pilih untuk memaparkan sesuatu. i love it!!!
oiya, maaf kelupaan,
ReplyDeleteboleh gak mas klo misal saya upload artikel mas di blog ini untuk saya forward ke milist ato sbg buletin di FS mungkin? tapi tetep saya cantumin sumbernya kok.
itung2 bagi2 informasi menarik ini ke temen2..., tenang aja mas, gak termasuk klarifikasi itu kok... :)
mas reza, kalimat : terkadang wartawan dan publik suka mencari sensasi.., sepertinya agak ngeganggu saya yg juga seorang wartawan. mungkin dikhususkan lagi wartawan infotainment.
ReplyDeletetrus kalimat : kepada teman-teman media saya minta kerelaannya menghargai privasi...
mungkin dispesifikkan lagi media infotainment.
dalam diskusi jurnalistik juga berkembang apakah infotainment itu termasuk karya jurnalistik atau tidak.
dan lama-lama, para jurnalis sepakat, mereka bukan wartawan, tetapi para pencetus gosip yang mewartakan, karena semua karya mereka berawal dari asumsi dan pertanyaan sendiri : benarkah ada orang ketiga?, benarkah reza gunawan dan seterusnya.
dan bagaimana pun, yg seperti itu yang disukai penonton kita, selain sinetron yg juga hiperbola.
Hallo Mas Reza,
ReplyDeletesenang dapat kunjungan dari Anda di Ruang Tengah. Terima kasih atas komentarnya. Semoga kita bisa berdiskusi, berbagi, bersama-sama menapaki jalan menuju "hening" itu.
Salam hangat,
Fahd
Hi mas,
ReplyDeleteAku baru tau kalo mas reza punya blog ini gara-gara baca blog nya mba dewi ;p.
Love the way you talk about something ,hehe..So inspiring :)
Bolehkah aku link blog nya mas reza?
Thanks before,mas..
Retta
hmmmmm ... bbrp bulan lalu udah pernah buka blog ini dan baca isi nya ttg perceraian Marcel-dee, tapi mentah2 Reza ga mau ngaku (sblm ada tulisan reza "update 5 sept 2008 yg mengaku ada hub cinta ama dee", jujur aja sih dulu sempet percaya, tapi setelah hari ini terima email foto mereka makan bareng2 ber 6 (reza-dee menggendong anak dee&marcel, lalu marcel-janda selingkuhannya menggendong anak janda tsb). what??????????? udah kaya pesta tuker2 pasangan. duh munafik bgt sih ...
ReplyDeletesblm kejadian ini saya sbnrnya mayan suka ama Reza yg jadi bintang tamu di cosmopolitan FM tiap slasa pagi di breakfast club, tp jujur aja sejak kejadian ini semua sumpeh illfeel beratt, begitu dengan suaranya aja langsung pindah chanel radio.
Dear all,
ReplyDeleteBagi beberapa pihak yang meminta apakah blog saya boleh dilink dengan blog pribadi mereka, boleh dan silakan saja, terimakasih atas ajakannya.
Buat Serena, ini respon saya untuk Anda, dan mereka yang berkomentar senada:
Pertama ini semua bukan urusan Anda, namun hidup pribadi kami yang kami posting di blog pribadi kami.
Kalau sampai Anda menerimanya via email, ini bukan kami yang menyebarluaskannya, namun pihak-pihak lain yang merasa punya minat atas hidup pribadi kami, okay?
Kedua, konflik batin Anda tentang penyangkalan, munafik, dll. sebenarnya akibat asumsi Anda tentang saya, bukan saya pribadi, karena kita tidak saling kenal.
Ketiga, saya tidak pernah melakukan "mentah-mentah gak mau ngaku". Silakan kalau Anda bisa buktikan, saya ajak Anda kutip ulang, mana pernyataan saya sebelumnya yang Anda anggap sebagai kebohongan atau penyangkalan. Kalau Anda lebih jeli, tentu Anda bisa melihat bahwa saya tidak pernah membuat pernyataan yang tidak jujur dalam kasus ini.
Saya ajak kita untuk kembali ke hidup masing-masing, belajar dari diri dan belajar menerima perbedaan nilai yang ada.
it's funny how 'hungry' people are for rumors, gossips espc. when it comes to the bad ones ya, mas Reza? somehow it feed their hunger as if its one of their basic need.
ReplyDeletelebih karna kurang nya 'positive outlets' jadi focusnya ke hal2 gak penting :)
Penting atau gk pentingnya my support (or even curses hahahaa) to you, if four of you ("The Fantastic Four": M'Reza, M'Dee, M'Marcel & M'Rima) are how you convey thru' the blogs , i thank you for being such inspiring human being.
You dont know how delightful it is to see people like you all, especially with the amazing point of views.
ps: im kinda interested with the therapy that you're doing, walau taunya dr media tv :D
response buat reza gunawan:
ReplyDeletepertama: ga ada yg bilang ini urusan saya, cuma suka2 saya bukan ... Kalo anda sampai membuat blog ini berarti anda siap kalau urusan pribadi anda di comment. Dan juga saya ga pernah bilang foto2 kalian ber 6 diposting di blog anda.
kedua: justru karna kita ga saling kenal makanya saya berani menilai karna saya hanya manusia biasa yg objective melihat semuanya. Kalo saya kenal anda pasti saya sudah subjective melihatnya.
ketiga: ini yg ditunggu2, ha7x ... memang dari awal baca udah tau kalo seorang holistic healing sangat pandai bermain kata2, dr awal sudah yakin bgt kalo someday ketauan pasti akan ada kalimat "coba anda kutip ulang, kalimat mana yg mengandung penyangkalan saya bla bla bla ..."
well, satu lagi comment dari saya & anak2 kantor yg objective karna kita semua tdk mengenal anda, dee, marcel, yaitu: mungkin kalo anda & dee tdk membuat blog2 ini masalah ttg kalian akan selesai sejak perceraian mereka di sah kan. Cuma karna anda seakan2 ingin membuat pembenaran diri di blog ini, rasanya masalah nya akan terus meluas ... masyarakat pun akan berhenti dengan masalah kalian kalo tdk ada pemicu2 lanjutan seperti blog2 ini. Yah buat pembelajaran anda saja kalo untuk kasus kalian ini "silent is gold" itu lebih baik dibanding berkoar2 ...
Serena,
ReplyDeleteAnda bagaikan orang buta, yang baru pegang kaki gajah, terus langsung menyimpulkan dengan yakin pasti ini benda yang namanya pohon. Ketika si gajah bilang “mbak, saya ini gajah lho…”, Anda malah bereaksi “Diam! Kamu kan subjektif, saya yang lebih tahu daripada kamu sendiri! Biarkan saja semua orang buta berhak menilai kamu itu pohon!”.
Hahahahaha…semoga teman-teman kantor yang Anda anggap seobjektif Anda, punya kemampuan observasi yang lebih arif dan jeli. Dari awal sudah saya nyatakan, bahwa saya tidak perlu dukungan. Saya sekadar menyampaikan fakta dan kronologis yang terjadi. Kalau Anda lebih happy dengan kesimpulan ‘pohon’, ya silakan… Gajah tidak mungkin sedih gara-gara orang buta yang enggan diajak ‘melek’ toh?
Bagi saya objektif adalah melihat apa adanya tanpa diikuti penilaian apapun, baik buruk maupun benar salah. Ketika sudah diikuti penilaian, otomatis sudah subjektif tergantung siapa dan persepsi dasar apa yang membentuk penilaian tersebut.
Kalau Anda mengganggap objektif itu berarti = sekadar tidak kenal dengan orang yang terlibat langsung, dan cuma tahu informasi sepotong-potong tentang duduk permasalahan sebenarnya, maka selamat! Memang Anda lebih objektif (baca: tidak terlibat) dari kami yang terlibat langsung (dan tahu seluruh kepingan faktanya), namun kesimpulan objektif tersebut sungguh sangat jauh dari kenyataannya. Dan barangkali kesubjektifan kami (pada kali ini) justru lebih akurat daripada kesimpulan Anda yang objektif tapi parsial.
Diam terkadang bisa berarti emas, tapi berbicara pun bisa menjadi emas, tinggal kapan diam atau bungkam menjadi lebih tepat, itu tergantung nurani masing-masing.
Sekali lagi, kalau Anda begitu bersemangat dan yakin dengan kebenaran dari “pendapat objektif” Anda, silakan buktikan kalau saya tidak ngaku, menyangkal, tukar pasangan, dan istilah-istilah penilaian buta lainnya. Kalau memang benar, saya pun akan mengakuinya. Namun hingga Anda berhasil melakukannya, semua juga tahu bahwa pernyataan Anda hanyalah asumsi yang Anda paksakan menjadi benar.
Salam sayang ☺
Reza
HAHAHAHAHAHAHAH .. sumpehhh lucu abishhhhhhhhhhhhhhhhhhhh ... ternyata enak juga ya memancing orang yg sangat ber TEORI ... wakakakakakkkkk ...
ReplyDeletesantai aja lagi pak, kita ga kurang kerjaan kok nyari2 bukti kata penyangkalan anda diantara teori2 anda yg ajubilehhhhh itu ... karna ga usah nyari juga udah ketauan ... toh kan anda ga perlu dukungan ...
dan ya udah terbukti kalo "berbicara" nya anda kali ini bukan emas, karna kalo ga dilanjutkan dr dulu pasti orang2 juga akan akan lupa dengan gossip2 n kasus perceraian marcel-dee, ehhh tapi karna ada blog2 pembelaan diri ini jadi lebih HOT dibanding infotainment ... wowwwww slamat slamatttttt!!!!
salam,
dari orang buta yg pegang kaki gajah ... (katanya rezagunawan)
Mas Reza, saya tertarik dengan ungkapan anda "...Segala perpisahan, apakah itu perceraian, putus pacaran maupun kematian, pada hakikatnya yang paling sederhana, hanya bisa dicetuskan oleh penyebab yang paling mendasar: memang sudah waktunya.." dan satu lagi yang menyatakan bahwa itu sudah Takdir dari Tuhan.
ReplyDeleteSaya respek pengakuan anda akan Tuhan dan Takdir at least kita sama2 mengakui sebagai manusia yang tidak berdaya dan memiliki Tuhan (walau mungkin beda agama).
Namun bagi saya pribadi menilai suatu perceraian sebagai Takdir (yg sama dengan kematian) itu adalah suatu pemikiran yang "naif" (sorry I can't find better word). Seolah anda dengan mudahnya "menyalahkan bahwa Takdirlah yang ada dibalik semua ini" atau seolah melegalkan perilaku emosional manusia dengan bersembunyi dibalik kata "Takdir".
Perceraian tentu ada penyebabnya, misal ketidakcocokan, salah milih pasangan (terburu emosi saat meminang, terbudak nafsu, menutup mata untuk memandang kedepan, mencari popularitas mendompleng popularitas pasangan dll), dan banyak penyebab lainnya. Tapi apakah itu semua semudahnya kita pasrahkan pada Takdir? Bukankah takdir adalah sesuatu yang terjadinya tidak bisa kita elakkan? Menurut abah sih perceraian itu adalah pilihan, yaitu pilih untuk lari dari kenyataan dan berharap ada perbaikan hidup (gak selalu mencari kedamaian). Menurut saya itu lebih legawa daripada nyalahin takdir. Dan kalau mau cari kedamaian kok jauh2 amat berdamai aja dengan pasangan. Toh katanya bukan karena perselingkuhan. Dalam milih pasanganpun bila kita secara nurani merasa jodoh kita adalah si A (yang baik), tapi secara "dompet" merasa jodoh kita adalah si B (yang kaya, misalkan hahahaha) apakah kebodohan kita mengelak nurani itu bisa disebut sebagai Takdir juga?.
Fyi, pihak ketiga itu tidak harus selingkuhan lho, pihak ketiga bisa macem2 bentuknya mas, dan buanyaak banget. Misal seorang sesama jenis atau bahkan seorang banci misalnya yang "tidak harus punya maksud utk merebut pasangan" tetapi dia justru memberikan pandangan2 dan "hasutan2" yang sesat sehingga salah satu pasangan itu percaya pandangan2 yang salah tsb, lalu mengikuti cara yang salah deh. Suatu pandangan yang salah dari pihak ketiga bisa terlihat "seolah benar" apabila dipandang dari sudut yang salah (atau emosional misalnya.
Ya saya hanya mengomentari tulisan anda secara pikiran awam saya saja dan kita toh sama2 belajar menjalani hidup yang diberikan Tuhan kita kan. Dan komentar ini bukan mencari siapa benar dan siapa salah. Segitu dulu komentar saya.
Salam Hangat Jabat Erat
Abimanyu "Abah" Wachjoewidajat
Heran ya, kita ini apa kurang mendapat pelajaran tentang etika dan sopan santun? Masuk ke rumah orang tanpa basa basi tapi kemudian mencaci. Membaca blog orang lain kemudian tanpa memperkenalkan diri dan bersembunyi di balik anonymous dan inisial tanpa identitas jelas (buat inisial rm), tapi berani menghakimi. Bagi saya, ketidaksetujuan pendapat dengan sang pemilik blog ini, bukan berarti sebuah pembenaran akan penghakiman dan merasa diri sudah sempurna. Rasanya, para konsultan pengembangan kepribadian perlu menambahkan satu mata pelajaran lagi yaitu etika singgah ke blog orang lain dan memberi komentar.
ReplyDeleteSalam kenal buat pemilik blog ini.
Terimakasih untuk segala komentarnya. Saya bisa menghargai perbedaan yang ada dalam pernyataan-pernyataan Anda. Hanya yang menjadi pertanyaan saya, “Apakah perbedaan dalam pendapat tersebut muncul dari objek pengamatan yang sama?”.
ReplyDeleteDengan kata lain, seandainya kita sedang melihat 1 buah jeruk di meja. Mungkin saya akan berpendapat “Ini buah Jeruk”, dan mungkin saja ada yang menganggap ini buah duren karena (a) melihat dari jauh, (b) melihat hanya sekilas (c) buta tapi gak ingin diremehkan orang lain yang bisa melihat objek sesungguhnya, atau (d) lagi ngidam duren, sehingga apapun yang dilihat menjadi fatamorgana kedurenan.
Yang lebih fenomenal lagi, ketika saya sebagai pemilik buah jeruk, mengajak untuk melihat lebih dekat, lebih lama dan seksama, memberikan ciri-ciri dari buah tersebut, dan mencubit si tukang ngidam duren supaya sadar akan objeknya, terkadang kalau orang sudah terlanjur yakin dengan kesimpulan awalnya, dia tidak mau lagi melihat ulang.
Bahkan ajakan saya untuk melihat ulang secara rinci dan seksama pun dianggap sebagai pembenaran yang salah dan tidak terhormat. Padahal saya tidak pernah bilang pendapat mereka salah, saya cuma bilang agaknya dari awal sudah terjadi “salah lihat” sehingga otomatis pendapat yang terbentuk dari “salah lihat” tersebut menjadi nyasar kan?
Berikut ini contoh respon dari Serena yang mengaku “objektif”, ketika saya ajak untuk melihat ulang asumsinya sendiri:
Contoh A:
“ini yg ditunggu2, ha7x ... memang dari awal baca udah tau kalo seorang holistic healing sangat pandai bermain kata2, dr awal sudah yakin bgt kalo someday ketauan pasti akan ada kalimat "coba anda kutip ulang, kalimat mana yg mengandung penyangkalan saya bla bla bla ...”
Terjemahan saya: tak punya bukti untuk mengkonfirmasi pendapatnya, malah merujuk pada kelancaran pernyataan orang lain, agar gagap nalarnya tidak tersingkap :)
Contoh B:
HAHAHAHAHAHAHAH .. sumpehhh lucu abishhhhhhhhhhhhhhhhhhhh ... ternyata enak juga ya memancing orang yg sangat ber TEORI ... wakakakakakkkkk ...
Terjemahan saya: menggunakan humor untuk menutupi kelemahan asumsi yang tak berdasar, strategi kepepet zaman SD.
Contoh C:
santai aja lagi pak, kita ga kurang kerjaan kok nyari2 bukti kata penyangkalan anda diantara teori2 anda yg ajubilehhhhh itu ...
Terjemahan saya: komentar buta tentang hidup orang lain sempat, begitu diminta apa dasar dan buktinya, langsung ngaku ga kurang kerjaan. Vandalisme hampa yang sangat mengharukan…
Terakhir, banyak yang berpendapat bahwa “diam itu emas” karena merupakan strategi paling jitu dalam meredakan sensasi dan gosip, sehingga ketika berhasil dilupakan orang, surutnya gosip tersebut adalah tanda kebenaran dan kemenangan bagi si tergosip.
Namun bagi saya yang tidak terlalu peduli kemenangan, mengajak ulang untuk melihat kembali “buah apa yang ada di meja” adalah amal. Karena begitu banyak salah paham dan konflik hidup hanya berakar pada “salah lihat”, dan ada pentingnya melatih kejernihan mengamati, dan menunda penilaian sebelum objeknya terlihat jelas.
Serena, terimakasih sudah menjadi tokoh utama yang membantu pembaca blog ini memahami pelajaran ini. Semoga amal baikmu diterima, hidupmu sepi dari skandal, dan tetap penuh berita gosip orang lain supaya mengisi kecemplangan hidup dan kekurangkerjaanmu.
Saya hargai inisiatifnya berbagi pendapat, mari kita lakukan dengan lebih jeli dan lebih arif.
Salam sayang,
Reza
bitchy mode set: ON*
ReplyDeleteAaaaah.. sepertinya kebiasaan meninggalkan komen sampah mulai membudaya di blogosphere tercinta ini. Mari, mari lestarikan. Toh, selama yang diusik cuma kehidupan pribadi dan privasi orang lain -khususnya 'publik figur'- tidak ada yang akan merasa terganggu atau dirugikan ;-)
Lebih bagus lagi kalau kayak saya. Bikin blog sendiri, trus pas nyampah cantumkan alamat blog dan e-mail secara lengkap, supaya ada link-nya dan identitasnya ketahuan (walau nggak menjamin juga, sih. Namanya juga rimba internet, serba ga jelas), hihihi ;-D
*bitchy mode set: OFF*
Peace ah. Beli kayu buat lemari. Yuuu babayyy...
Wowwww wowwww senang skaliii saya bisa dibilang menjadi tokoh utama nya pak ... uhuiiiii dechhhhh ... (btw kalimat2 gw ini bakal di comment apa lagi nih? …) kayanya anda makin lama lebih cocok menjadi komentator dibanding healing nih …
ReplyDeleteWell, saya speechless deh ama smua kata2 anda yg sangat ujubileh itu … mau dibilang apa kek, EGP bow … (trus abis ini langsung donk kalimat gw di comment : ini adalah bentuk ketidakmampuan serena blab la blab la bla …) … kebaca banget orang yg merasa dirinya paling benar, jago & smart karna udah menjadi healing, inget pak Cuma status itu.
Cobain yach mau comment kaya rezagunawan nih:
Kalimat anda “Bagi saya objektif adalah melihat apa adanya tanpa diikuti penilaian apapun, baik buruk maupun benar salah. Ketika sudah diikuti penilaian, otomatis sudah subjektif tergantung siapa dan persepsi dasar apa yang membentuk penilaian tersebut.”
Terjemahan saya: kan awalnya objective pak, ga ada penilaian kok. saya dah bilang awalnya saya biasa aja ama dee-marcel, dan saya suka dengerin anda di breakfast club nya cosmo, trus sejak kasus perceraian juga biasa2 aja, iseng baca2in blog kalian juga biasa aja, sampe foto2 kalian ber6 beredar jadi illfeel dech, trus menurut anda orang objective ga boleh ada penilaian? Jadi kalo objective harus diem aja? hahahahaha … kayanya anda perlu banyak blajar pak, makanya jangan kebanyakan teori, praktek juga perlu pak.
Btw, masa sih anda bilang ga mencari kemenangan?? Ya terserah deh apa pembelaan anda lagi, tapi semua orang menyadari dengan membuat pernyataan melalui blog ini anda sudah mencari kemenangan kok, tapi sayang skali yg didapat sebaliknya, ternyata seorang rezagunawan sangat terusik lhooo …
Kalau anda bilang hidup saya sepi, hahahahaha kayanya kebalikan dech, anda yg kesepian sampe berhubungan dengan istri orang. Kalau anda bilang saya kurang kerjaan, kayanya kebalikan juga tuh pak, anda yg kurang kerjaan siang2 bolong bisa approve & bales2 comment, knapa sempet pak? Tempat praktek nya dah sepi ya skrg? Kasian …
Serena,
ReplyDeleteRasa biasa aja, rasa suka maupun rasa tidak suka (ilfeel) itu adalah penilaian yang selalu subjektif. Ketika pengamatan objektif disertai dengan rasa yang bersifat subjektif, maka itu sudah tidak layak dibilang objektif, nona Serena. Siapapun boleh membuat penilaian, namun jangan mengaku objektif kalau sudah membuat penilaian. Apalagi kalau tidak tahu perkara sesungguhnya secara langsung, rinci dan lengkap.
Terakhir, tentang comment baru Anda yang isinya:
"Wowwww wowwww senang skaliii saya bisa dibilang menjadi tokoh utama nya
pak ... uhuiiiii dechhhhh ... "
(lanjutannya disimpan dulu, supaya pembaca blog saya yang menghargai pernyataan "berisi" tidak protes kepada saya sebagai tuan rumah, maaf ya...)
Syukurlah kalau keberadaan blog pribadi ini memberikan Anda rasa senang bukan kepayang.
Sekarang saya izinkan Anda untuk mempraktekkan sendiri saran Anda yang terkenal di semesta raya ini, yaitu "Diam berarti Emas".
Suatu hari kalau Anda sudah punya kelancaran kata dan kejernihan nalar untuk menyampaikan sesuatu yang ada "isinya", tentu dengan senang hati, kita bisa berdiskusi lagi di blog ini. Dan barangkali pada saat itu, kita bisa memahami bahwa "Berbicara pun bisa jadi emas, kalau ada isinya"
Muaaaah...
Reza
Menyimak komentar Serena dan tanggapan dari Reza, kayaknya terjadi “Lost in Translation”. Objektif menurut Serena adalah: “gue orang luar, nggak tahu apa-apa, jadi gue melihat sesuatu bisa lebih objektif.”
ReplyDeleteDengan bermodalkan definisi objektif seperti itu, tidak heran reaksinya demikian. Sok tahu tapi merasa benar. Tidak tahu apa-apa tapi mampu menghakimi orang yang ia tidak kenal dengan masuk ke “rumah”-nya (baca: blog ini), nyampah, lalu berlindung di balik hak kebebasan beropini.
Dan melihat cara pengungkapannya (kemampuan berlogika, berbahasa, penataan emosi, dsb), sepertinya format tanggapan yang bisa dipahami orang dengan usia mental seperti Serena, adalah yang semacam ini:
“Eh, baca aja dulu blog ini yang bener kale. Kan di posting pertama sebelum 5 Sept ditulisnya: Reza bukan PENYEBAB. Dan di blog Dewi yang lu ngaku udah baca itu juga disebut perpisahan dia ama Marcell bukan karena faktor orang ketiga. Kalo setelah mereka sepakat cerai, terus dia mau deket sama orang lain itu mah hak asasi dia. Itu foto ber-6 juga dari blog-nya Rima—yang lu sebut ‘janda selingkuhan’ itu. Bukan foto colongan. Dan foto itu diambil setelah Marcell dan Dewi-nya sepakat cerai. Jadi namanya bukan selingkuhan, taok! Orang yang nyebarinnya aja kale yang bikin kesan itu foto skandal biar orang-orang berotak gosip di luar sana jadi dapet bensin buat hidupnya. Makanya, cek kronologis waktunya dulu dong, Jeng. Baru koar-koar. Jadi kalo ngaku objektif juga kagak malu! Karena minimal lu riset dulu. Nyimak omongan dan tulisan orang itu mbok teliti dikit. Jadi daripada sok ngasih nasihat ‘diam itu emas’ ke orang lain, makan aja tuh prinsip buat diri lu sendiri. Karena yang bikin semua ini lebih HOT daripada infotainment adalah orang-orang kayak elu, yang bereaksi atas urusan orang yang nggak elu kenal. Udah gitu reaksinya sok tahu lagi.
Sebelum lu ketawa terbahak-bahak (“ini yg ditunggu2, ha7x...”), booo… sekali lagi: CEK DULU! Karena kalo udah sok-sok ketawa terbahak-bahak penuh kemenangan gitu terus salah… tengsiiin cin!
Dan sebelum lu berkomentar “pak, santai dulu aja”… aduh, nggak ada salahnya coba trik lain. Karena itu trik katro banget. Sendirinya duluan “nggak santai”, trus begitu digertak balik, langsung ngomong “eiiits… santai jek… santai…”. Reza ada benernya. Emang tingkah lu kayak anak SD. Lebih tepatnya kayak preman gang.”
Sekali lagi saya cuma menduga-duga. Mungkin tulisan semacam itu yang Serena bisa mengerti, mungkin juga saya salah. Sama dengan Dhita dan Jenny, saya juga berharap orang-orang bisa lebih mengerti etika nge-blog, yang walaupun tidak tercantum dalam hukum dan lebih merupakan konsensus, bisa membuat siapa pun berpikir masak-masak sebelum membuat justifikasi tertulis.
~ D ~
Terlepas dari pihak ketiga, nilai sebuah perceraian, arti perselingkuhan, seperti apa kata Dee, kita memang melihat dari lensa yang berbeda-beda. Setiap orang punya value sendiri-sendiri, dan saya punya prinsip apa yang kita tabur itu yang kita tuai. Sekali lagi itu prinsip saya, saya tidak memaksa mas Reza ataupun Dee (yang tulisan2nya saya ikuti dengan sepenuh hati) untuk mengikuti prinsip saya itu. Saya hanya mau share saja apa yang saya rasakan.
ReplyDeleteSaya adalah salah satu yang menerima email berisi foto Dee,Reza&Keenan juga Marcell, Rima&anaknya. Foto terakhir yang saya lihat adalah Marcell menggendong anaknya Rima dan Reza menggendong Keenan (yang secara biologis anaknya Marcell). Saya sih merasa kalau saya jadi Keenan *kalau saya jadi Keenan lho ya*, sekarang papa saya bakal gendong yang lain. Ini sekedar share saja, karena saya NGGAK minta email foto2 itu. Foto2 itu dikirimkan ke saya dari teman tanpa menyebutkan nama2 kalian. Jadi karena sudah saya buka dan telanjur melihat, dan perasaan yang tiba-tiba muncul merupakan sesuatu yang alami, semoga sharing saya ini juga nggak bikin mas Reza dan Dee berpendapat bahwa saya termasuk yang subyektif dan obyektif. Saya hormati setiap pemikiran yang muncul pada setiap orang. Dan semoga mereka juga menghormati pemikiran-pemikiran saya dan tidak memaksa saya mengikuti pemikiran2 mereka.
Regards,
Jessie
PS: Honestly, nama Reza Gunawan berikut wajah mas memang baru muncul setelah kasus perceraian Marcell & Dee, jadi mungkin manusiawi kalau ada orang yang tiba2 berpendapat bahwa perceraian tersebut dikarenakan pihak ketiga, yaitu Mas. Yang nggak manusiawi adalah mereka-mereka yang mengelaborasi hipotesa (yang butuh di-cek dulu kebenarannya) tersebut dengan pendapat2 negatifnya sendiri dan mempengaruhi orang lain untuk bernegatif pula. Itu saja.
bodoh apa guoblok sih?
ReplyDelete"Siapapun boleh membuat penilaian, namun jangan mengaku objektif kalau sudah membuat penilaian. Apalagi kalau tidak tahu perkara sesungguhnya secara langsung, rinci dan lengkap."
gw mengaku objective kan awalnya pak, kalo udah menilai ya kaya skrg mah udah subjective!! masa nga ngerti2 sih.
akh alesan bgt sihhh, tulisan nya saya cuma dimuat awalnya doank, bilangnya ga berisi, padahal mah ga berani approve kan? duh please dehhh hari gini masih bisa yach ... mendingan dari awal bilang gini "comment yg akan saya approve adalah comment yg mendukung saya & percaya kalau apa yg saya katakan benar!"
lucu ya, berani bikin blog tapi ga berani terima comment orang bahkan ampe suruh "diam berarti emas" lagi, ck ck ck ... sadar diri donk pak!!
ikh dari dulu sapa yg mau berdiskusi ama orang yg cuma bisa ber teori kaya anda?? saya cuma menyampaikan comment kaya yg lainnya dan sungguh mati ga berharap dibales comment nya, tapi tenyata sang empunya blog lebih kurang kerjaan lagi membalas comment dari orang yg kurang kerjaan ... hahahahahaah ...
buat kekasih baroe anda itu yg baru saja resmi hubungannya sejak hukum men sah kan perceraian nya, haloooo ... wah makin bangga nih ternyata tulisan anak SD nya saya ditanggapi oleh reza bahkan dewi sampe posting juga lhoo .. ga nyangka ternyata se HOT itu ya? kirain anda ber2 bener2 smart, ternyata ???
oh ya, beneran terusik ya mas ampe ngadu2 ke kekasih di siang2 bolong, beneran sepi nih tpt prakteknya? duh tambah kacian deh ...
patah hatiiiiiii
ReplyDeleteLet's leave this matter to God who is the greatest judge of all.
ReplyDeletehai reza...
ReplyDeleteaku udah lama banget nggak ngikutin berita gosip artis di semua stasiun tv ataupun tabloid. karena di rumah juga peraturannya gak ada TV kecuali jumat, sabtu dan minggu. hehe, bukan karena mau irit listrik, tapi memang semenjak memiliki anak, TV menjadi racun otak mereka, sehingga kalau gak ada filter dari kita, siapa lagi yang akan menjaganya?
saya juga gak berhak menilai kamu, buat saya yang saya kenal sejak SMP, kamu tetap orang yang baik, ramah, sopan, menyenangkan, seru dan bisa diandalkan.
terkadang memang Allah kasih cobaan buat hidup kita, agar kita semakin bijaksana. jadi, semoga kamu bisa hidup lebih maju dan baik di kemudian hari.
"Tidak lama setelah keputusan berpisah tersebut, Marcell pun atas inisiatifnya sendiri kepada saya menyampaikan itikad baiknya untuk tetap menjalin keharmonisan antar pihak, dan juga Marcell menyampaikan kepada saya langsung keikhlasannya, dengan membuka jalan bagi saya untuk memulai hubungan lebih lanjut dengan Dewi"
ReplyDeleteKalo diliat dari ceritanya, di akhir 2006, Marcell & Dewi udah sepakat utk mengikhlaskan kalo masing2 menemukan cinta yg laen. Tidak lama kemudian, Marcell membuka jalan bagi hubungan Reza & Dewi.
Hmm, kalo nggak ada tanda2 bahwa Reza & Dewi saling naksir, kok bisa tau2 Marcell membuka jalan buat Reza in particular?
Tapi masing2 pihak bisa mengatakan bahwa tidak ada perselingkuhan. Apa sebenernya arti perselingkuhan? Bagi saya, pada saat hati tertarik pada orang laen, maka itu adalah sekedar godaan. Tapi pada saat hati itu melakukan suatu aksi sampai akhirnya dia berpaling dari cinta yg ada, maka itu sudah masuk pada perselingkuhan.
Sorry, saya emang nggak sepandai Reza & Dewi, yg mengisi blog2nya dgn kata2 besar, filosofi2 yg dalam, teori2 yg akhirnya menjadi sekedar alasan. Bila kali ini cinta Dewi dan Marcell sudah mencapai waktu kadaluarsa (nggak tau juga siapa yg menetapkan tanggal kadaluarsa-nya), besar kemungkinannya Dewi bakal punya tanggal kadaluarsa utk hubungan Reza and Dewi.
Dear Anonymous,
ReplyDeleteTerimakasih atas komentarnya. Bagi saya, sesuai yang Anda tanyakan, definisi “selingkuh” adalah terjadinya hubungan / aksi (dalam bahasa Anda) tanpa sepengetahuan atau restu pasangan resminya, atau ketika hubungan pribadi antara pasangan resmi masih ada. Ini yang tidak pernah terjadi antara pihak-pihak dalam kisah ini.
Mohon periksa lagi kronologisnya, keputusan Marcell dan Dewi untuk mengikhlaskan satu sama lain bila menemukan pasangan yang lebih sesuai adalah menjelang akhir 2006, dan komunikasi dari Marcell yang membuka jalan bagi hubungan saya dengan Dewi baru terjadi awal 2008 (hampir 1 ½ tahun kemudian), ketika mereka sudah bulat bercerai secara pribadi sepenuh hati.
Mengenai pertanyaan Anda mengapa Marcell melakukan ini? Silakan tanya langsung sama yang bersangkutan, itu adalah inisiatifnya sendiri dan bukan permintaan saya.
Tentang kadaluarsa, setiap relasi memang pasti akan habis pada waktunya, termasuk hubungan cinta saya saat ini. Bagi saya, meskipun kenyataan ini kurang menyenangkan, justru dengan belajar hidup di sini-kini membuat cinta lebih mengalir dengan nyata, selagi masih bisa.
Sebelumnya saya pernah menyatakan bahwa hanya komentar yang beridentitas yang akan dimuat di blog ini, namun khusus kali ini, saya rela muat karena bagi saya, pengamatan Anda cukup jeli, meskipun masih spekulatif. Bila Anda masih berencana mengomentari lebih lanjut, gunakan identitas online yang jelas, ok?
Terimakasih
Reza
Dear Serena,
ReplyDeleteAda 2 komentar Anda yang masih pending, karena seperti biasa tidak terlalu ada isinya untuk dibahas. Ini previewnya untuk para pengunjung blog ini:
“bodoh atau guoblok sih?” – kayanya kamu borong dua-duanya kali ini ☺
“gua kan mengaku objective awalnya pak, kalau udah menilai kaya skrg mah, udah subjective!” – aneh, waktu postingmu yang kedua, kamu ngotot banget bahwa dirimu objective, skrg udah ngaku subjective pake marah-marah pula.
“ikh dari dulu sapa yang mau berdiskusi dengan orang yang cuma bisa berteori seperti Anda?” – Nah ini yang paling ajaib. Udah comment di blog pribadi orang lain, pas direspon koq sewot. Buktinya udah lebih dari 3 respon masih dijawab ya non? Katanya gak mau diskusi…
Coba perhatikan jeli, tidak semua comment yang saya approve adalah yang memihak kepada saya, banyak juga yang tidak memihak.
Cuma masalahnya, khusus buat Serena tersayang, yang begitu kekeuh (1) menyatakan dirinya gak kurang kerjaan (tapi sibuk cek blog saya dan terus memberikan komentar tidak berdasar), dan (2) menjunjung tinggi prinsip “diam itu emas” itu harus saya praktekkan (tapi nggak pernah mempraktekkan sendiri untuk diam, manusia teoritis juga ya?), saya merasa tergerak untuk memberikan PRAKTEK LATIHAN (jangan cuma teori ya?). Latihan kejelian pengamatan, latihan diam itu emas, latihan mengelola emosi. Hingga saat ini, kamu belum menunjukkan kemajuan, ayo berlatih terus ya.
Saya kuatir (moga-moga jangan) agaknya Serena memang hanya bisa “nyambung” dengan gaya bahasa yang sempat dirancang Dewi sebelumnya.
Tengsin ciin… ayolah kalau memang bisa buktikan pernyataan awalmu, aku tunggu dengan setia, tapi kalau tidak bisa, jangan sok tahu terus merasa benar. Itu hanya akan mempermalukanmu lebih jauh lagi, nak…
Muaaaaaaaaaaaah
Reza
Sungguh, saya terkesan pada pengamatan (jeli maupun tidak), argumentasi, spekulasi, asumsi, dan semua hal lain yang terjadi di sini. Ajaib betapa kita bisa sangat concern pada urusan orang lain, yang (bisa jadi) tidak kita kenal sama sekali. Ajaib bagaimana konstruksi citra memberi pengaruh yang sedemikian rupa terhadap persepsi dan ekspektasi seseorang, yang pada akhirnya berujung pada segala jenis tindakan seperti yang bisa ditemukan di sini. Yang terutama, ajaib betapa seseorang bisa merasa berhak mencampuri kehidupan orang lain hanya dengan bermodal apa yang dianggapnya benar. Mending kalau caranya sopan dan layak muat. Ini mah...
ReplyDelete*ah, sudahlah*
hi mas reza, jadi pengen denger tanggapan mas soal komentar si abah mengenai perbedaan takdir dan pilihan.
ReplyDeleteBukankah perceraian itu merupakan pilihan ya, bukan takdir (sesuatu yang tak terhindarkan), sedangkan dalam kasus perceraian, bisa saja pasangan/seseorang memutuskan utk tidak bercerai dan hidup dalam kepalsuan atau berusaha sampai titik darah penghabisan untuk mengembalikan keadaan seperti semula, semua balik lagi ke pilihan untuk mengubah keadaan.
Mengutip kata2 si abah : "Menurut abah sih perceraian itu adalah pilihan, yaitu pilih untuk lari dari kenyataan dan berharap ada perbaikan hidup (gak selalu mencari kedamaian)", maaf ya abah, saya kurang sependapat kalau dibilang lari dari kenyataan, kadang perceraian merupakan jalan untuk menghadapi kenyataan hidup. Saya memang belum menikah, tapi orang tua saya bercerai (tidak dengan damai seperti Marcell & Dee) dan ada alasan kenapa saya sampai detik ini bahagia dengan keputusan mereka.
Sorry kalo OOT.
Kalo saya pribadi, awalnya heboh karena Reza kakak kelas saya,mungkin apabila dia orang lain/seleb kebanyakan ya ditonton aja,komentari dikit,lupakan.Udah gitu lihat foto2nya kok aneh ya, apa yg dipikiran Dee & Marcell waktu itu, 2 orang yg pernah saling cinta dengan berbagai kisah romantis sentimentil dsb trus reuni dengan pasangan masing2. gimana rasanya Marcell lihat anaknya digendong2 pria lain, dan gmn perasan Keenan lihat Bapaknya gendong anak orang.Tetapi pada akhirnya saya pikir,sudahlah, yang menjalani saja happy kok kita pusing2,kembali ke hidup masing2 saja yg belum tentu lebih baik dan berguna buat orang lain.Mikirin urusan sendiri saja sudah cukup mumet, kok repot2 ngurusin orang lain, gak dibayar,masuk kategori ghibah pula....Buat Reza,aku support aja deh,bukan karena kamu dulu baik hati sebagai senior disaat kita dianiaya selama masa orientasi, tetapi karena kamu hanya manusia biasa,yg bisa salah, atau terlihat salah, dan bisa juga terjadi di setiap kita (mudah2an jgn,males pusingnya).semoga dengan masalah ini kamu semakin matang menjadi therapist.sorry aku gak bisa bikin kata2 yg filosofis karena memang cara mikirku simple & pragmatis.Ganbatte!!!!
ReplyDeleteDear Reza,
ReplyDeleteThanks atas respon-nya mengenai definisi selingkuh. Walaupun ada perbedaan pendapat, tapi setelah saya pikir2, tidak pada tempatnya bila saya judged apa yg terjadi antara Dewi, Reza and Marcell. Semua sudah menemukan cinta yg baru, I wish you all the best and may it last.
Saya lebih tertarik pada kata2 yg saya kutip dari respons Reza: "Tentang kadaluarsa, setiap relasi memang pasti akan habis pada waktunya, termasuk hubungan cinta saya saat ini...."
Saya tidak setuju bahwa setiap relasi memang pasti akan habis pada waktunya. Hubungan orang tua dan anak tidak ada habisnya. Hubungan manusia dgn Tuhan tidak ada habisnya. Tidak mungkin seseorang berkata "lelaki tua itu bekas bapak saya". Walaupun lelaki tua itu sudah meninggal pun, dia tidak bisa bilang itu bekas bapaknya.
Karena itu pula ada janji setia utk terus bersama hingga maut yg memisahknya. Tidak ada yg bisa luput dari maut. Kematian bukanlah suatu pilihan, tapi adalah suatu "paksaan", takdir, nasib, yg harus diterima tidak peduli seberapa pahitnya.
Utk cinta, saya berharap dgn kasih, pengorbanan, toleransi dan perseverance, cinta akan terus hidup tidak berkesudahan sampai maut memisahkan.
"Bagi saya, meskipun kenyataan ini kurang menyenangkan, justru dengan belajar hidup di sini-kini membuat cinta lebih mengalir dengan nyata, selagi masih bisa."
Dari kalimat ini, kalo boleh saya berpendapat (spekulatif mungkin), saya melihat adanya unsur appreciation akan cinta ini. Karena adanya kesadaran bahwa suatu hari cinta ini akan "habis", mari jalankan sepenuh hati. Sesuatu yg menurut saya benar sekali.
Tapi sangat disayangkan apabila kita bilang "sudah waktunya" as a justification of a separation. Karena ini bukanlah pacuan bagi kita utk berjuang dlm cinta (dan hidup) tapi malah menjadi easy way out utk mengakhiri perjuangan kita.
Sama dgn menjalani suatu usaha, tentunya ada problem (besar and kecil), tapi kan kita nggak lantas tutup usaha kita dan berkata "yah nggak pa2... karena memang sudah waktunya."
Mengenai identitas jelas, kalo saya bilang nama saya Jenny, belum tentu benar... Apalah arti sebuah nama??? :p
Regards,
M1m0s4
ternyata hebooh ternyata....
ReplyDeletewhatever you do or say lakukanlah dengan kejujuran, kalo emang udah jujur kan ga perlu lagi jelasin lebih lanjut? namanya juga udah jujur, org lain mau ngotot yah biarin aja......tapi kejujuran emang sulit ditemukan akhir2 ini.
Kita tanyakan pada diri sendiri sudah jujur blm thd diri sendiri dan org lain.
Salam kenal Pak!
Dhani
aku ga punya blog, agak gaptek....sebetulnya ga mau anonymous kumaha atuuuh pilihannya kok ga ada e-mail
wah basi bgt nih bang, main bilang saya sewot, dll, padahal postingan2 saya sebelum nya ga di approve, payah abislahhhhh ... ya ga nyambung donk buat pembaca yg lain bacanya ... tapi ya saya bisa apa? ini kan blog anda, yg punya blog ga berani tampilin artinya ada sesuatu dan ga usah pake alesan "gak berisi" lah ... kalo emang ga berisi knapa Serena bisa jadi tokoh utama? hahahahahaa ...
ReplyDeletewell, postingan awal jelas kok saya bilang saya objective, dan saya ga pernah bilang kalo SEKARANG saya masih objective, tentu tidak ...
yah kalo menurut anda berbicara anda itu emas ya silahkan teruslah berbicara, tapi apa yg mau dibicarakan lagi? semua nya udah dituangkan toh? biar makin HOT kan harus terus digosok ...
hahahahaha, jadi maksud anda kalo orang masuk check2 blog anda itu kurang kerjaan duh kasian bgt semuanya dibilang kurang kerjaan ... ya saya kan bukan orang se terkenal anda yg (seharusnya) sibuk jadi untuk buka blog 5 menit mah nga masalah ... kan kirain buka blog anda bisa nambah pengetahuan, jadi ga kurang kerjaan donk kalo mau belajar, tapi asli ga nyangka lhoo kalo anda sempat2nya mendiskusikan SERENA dengan kekasih anda, ampe kekasih anda ikut terpancing juga ... ck ck ck ... teori melatih emosi juga perlu dipraktekan bung ke anda & dewi.
ayo tunjukkan kemajuan, berlatih terus yach ...
tengsin cinnn kalo ngajar2in orang melatih emosi tapi sendirinya nga bisa ... hehehehehe ...
mwachhhhhhhhhhh,
Serena
Dear Mas Reza
ReplyDeleteMas Reza ini termasuk orang yang ak banggain selama ini, It seems You are already advance in Life.. sampe terlontar kata.. Ya ampun.. mau dunk kayak Reza... bisa selevel itu kl utk membahas sesuatu.. sampai pada saat ini..
Mas ak kok yakin.. pada saat ini Mas itu lagi diuji sama Allah SWT... (dengan punya relationship ini).. Mudah2an Mas dapat melewati semua ini dengan selalu berpegang pada Iman...
Kasus Mas itu sedikit mirip dengan saya..(tp saya perempuan yang single) ga pa2 ya mau share sedikit...
Kebetulan ak juga kenal dekat seorang yang berada dalam perkawinan ambang batas...
Seseorang ini adalah orang yang sebelumnya sudah saya impikan bahwa akan menjadi pendamping hidup.. semua hal kita cocok..semua masuk kriteria.. kita sempet jadian sebelum dia menikah dengan orang lain..
Yang ternyata sampai 3 thn lebih perkawinannya.. dia sama sekali tidak bahagia...
Mas.. bila dengan Rasa, Logika dan Pikiran... mungkin dia sudah cerai dan bisa saja saat ini kita sudah bersama...
Tapi saya selalu menguatkan dia dan diri saya..untuk di jalan masing-masing..
karena saya percaya ini adalah cobaan.. butuh dari sekedar Rasa, Logika dan Pikiran.. dan saya percaya bila seseorang sudah lolos dari cobaan maka dia akan naik kelas dalam hidupnya..
Dari seseorang yang masih berjuang dalam memilih jalan di jalan hidupnya...
From
DeParis
Kalau tidak salah Dewi - Marcel- Reza adalah teman. Sejak 2006? Berarti judulnya "Kutunggu Jandamu" dong..hua ha ha ha.
ReplyDeleteAnyway selamat telah menemukan tambatan hati baru, so...kapan "expiry date"nya kali ini.
Denger2x Marcel gay? Well dasar artis, apapun diexpose demi meningkatkan oplah (ya album ya buku).
Dunia memang edan, mungkin sudah saatnya sang terapis di terapi tentang agama supaya tidak terbawa arus dee-marcel.
Salam,
tidak bermaksud menjudge hanya prihatin.
goodness gracious... (1) I do believe that Reza Gunawan is NOT the third party who ruined Dee and Marcell's marriage, and (2) INFOTAINMENT AND TV GOSSIP SHOW ARE NOT PRESS!!! THEY ARE NOT JOURNALISTS!!! THEY BRING DISGRACE TO THE REAL JOURNALISTS IN INDONESIA AND THE WORLD!
ReplyDeleteDear Anonymous,
ReplyDeleteKali pertama membaca komentar Anda di sini, reaksi awal saya adalah marah. Saya merasa apa yang Anda lontarkan mengenai sahabat-sahabat saya –Reza dan Dewi- sangat subjektif, tidak etis, bahkan menjurus tidak manusiawi. Sejujurnya, hal pertama yang saya lakukan setelah membaca tulisan Anda adalah marah-marah. Saya bahkan sempat berkhayal menutup kepala Anda dengan sarung goni, mengikatnya dengan tambang jemuran, dan menceburkan Anda ke empang terdekat. Atau mempraktekkan ‘jurus’ hara-kiri dengan samurai sampai usus Anda berhamburan (hehehe).
Namun, setelah kemarahan itu reda, saya terheran-heran mendapati rasa yang tertinggal di hati hanya sejumput ‘nyeri’. Lalu, setelah ‘nyeri’ itu berlalu, saya terpukau ketika mendapati yang tersisa dari semuanya hanya rasa sayang yang semakin murni dan tulus terhadap sahabat-sahabat saya.
Perasaan ini sungguh sulit dijabarkan dengan kata-kata, saking otentiknya. Dari sekian komentar yang saya temui dan berhasil memancing emosi jiwa, baru kali inilah saya mengalami hal seperti ini. Saya sampai pada satu titik dimana seandainya Reza dan Dewi tidak pernah membuat klarifikasi apa pun mengenai kehidupan pribadi dan hubungan mereka, saya tidak akan peduli. Persahabatan dan cinta saya terhadap mereka telah mengalahkan ‘keharusan’ untuk mendengar penjelasan tentang apa yang terjadi dalam hidup mereka. Lucunya, saya tidak menyadari semua itu, sampai saya membaca komentar Anda.
Jadi, terima kasih banyak, siapa pun Anda. Terima kasih karena telah ‘memunculkan’ sebuah sisi dalam diri saya yang tidak saya ketahui sebelumnya. Terima kasih karena melalui komentar, argumentasi, cemooh, gosip, dan apa pun yang Anda (dan para komentator lain di sini) lontarkan, Anda justru membuat saya semakin menyadari betapa berharganya persahabatan saya dengan mereka berdua. Bahwa pada akhirnya, tidak ada yang bisa mengalahkan tulusnya cinta yang lahir dari sebuah persahabatan murni.
Lepas dari usaha saya untuk ‘membela’ sahabat-sahabat saya, saya ingin mengatakan, sepenuh hati, bahwa saya mensyukuri setiap momen, setiap detik yang saya lalui bersama mereka. Persahabatan kami telah memunculkan begitu banyak ‘permata’ dalam diri saya, dan setahu saya, demikian pula halnya dengan orang-orang lain yang juga berkawan akrab dengan mereka. Sayang, Anda tidak berkesempatan mengalami hal yang sama. Seandainya Anda dapat mengenal seorang Reza Gunawan dan Dewi Lestari lebih dekat, saya yakin Anda akan berkomentar lain. :-)
Salam,
- JJ -
Salut untuk anda, Dewi, Marcell. Semoga anda2 tetap bisa memberi teladan bagi orang lain ttg menyikapi kejadian2 hidup dengan dewasa tanpa emosi yg meluap-luap ...
ReplyDeletesalam kenal, sy tdk kenal mas reza, bang marcell n mbak dee kecuali mll media. sy jurnalis yg m'coba u/obyektif. ttg wartawan yg suka melbh2kan, tdk sepenuhnya benar. ada ttp tdk semua, ada ttp kadarnya berbeda2. mis di desk yg sy pegang, sgt bahaya jk sy melebih2kan pernyataan presiden, wapres, menteri, pang5 tni dll. dan pers sdh sepakat infotaiment bkn wartwan. ttg 'anonymous'...meski terkesan pengecut, krn tdk beridentitas, ttp mrk sdh mau peduli dan berbg dgn komentar beragam. hargailah mrk mas...tanggapi meski hny satu kata. hdp adlh proses belajar tanpa henti, dan kita bs belajar dr siapa pun termask dr org seperti serena. apalg blog ini t'buka u/umum...ya itulah konsekuensinya. tp terserah mas reza, sbg pemilik blog ini. ttg reza, dee n marcell apapun yg tjd, hadapi dan jlni dgn penuh tanggungjwb...termsk menerima komentar postif n negatif. tdk semua diam itu emas, atau bicara emas. tdk semua mslh bs diselesaikan dgn diam atau senyum, adakalanya suatu mslh mmg hrs dihadpi dgn bicara (beri klarifikasi, misalnya) atau bahkan marah...jk memang perlu. semua ada takarannya kan..kapan hrs diem, kapan hrs senyum, kapan hrs marah. .sy hny mnsia yg tdk luput dr sgla kekurangan...dan pelajaran hdp yg aku trima br bs ngajari aku ngomong spt ini plus..prakteknya...yg hrs terus dibenahi mjd lbh baik...salam
ReplyDeletedear mas reza...
ReplyDeletekok saya jadi berdebar-debar baca semua comment semua orang disini ya...
berbagai macam rasa hadir dalam diri saya...
Selamat menjalani hidup yang penuh anugrah mas reza-dee-marcel
Salam,
c
Objektif: Ilmiah, FAKTUAL.
ReplyDeleteDefinisi ini saya ambil dari Tesaurus Bahasa Indonesia.
Berarti ketika seseorang menyatakan dirinya objektif artinya dia tahu fakta sebenar2nya sebagai dasar dari pendapatnya.
Jadi, kembali ke pelurusan makna "objektif" & "subjektif" yang simpang siur, yang tepat bagi kondisinya Serena adalah:
Dulu... dia subjektif tapi tidak bereaksi.
Sekarang... dia subjektif dan bereaksi.
Jadi dulu tidak tahu duduk perkara sebenarnya, dan sekarang pun tidak tahu. Tapi bedanya, dulu nggak ambil peduli, sekarang bereaksi.
~ D ~
PS. Maaf, nggak tahan dengan penyelewengan definisi :)
Memang dunia sdh edan, anda dan dee tidak mengaku selingkuh,selingkuh itu adalah hubungan dgn pihak ketiga dimana masih dalam status perkawinan. Berdasrkan pengakuan anda bung Reza kalau hubungan anda terjadi sebelum marcell-dee resmi bercerai, itu tandanya selingkuh.
ReplyDeleteCinta dalam perkawinan mmg hrs dirawat dan disiram ttp jika sdh ada orang lain maka niat untuk memperbaiki perkawinan sdh tidak ada.
Janganlah kita mau membenarkan diri dgn teori2 yang menyesatkan. Sepertinya anda dan dee tidak ber-TUhan.
Mas Reza/ Mba Dewi,
ReplyDeleteSalam kenal, Kalo menurut saya si Serena itu baru teenager yang pikirannya baru sebatas itu. Jadi ngga usah terlalu ditanggapi lah. Ketahuan koq dari cara berpikir dan berpendapat.
Kalo saya melihat, perceraian Anda dan Marcel sudah merupakan kesepakatan Anda berdua dengan cara damai dan saling mengihklaskan. Perceraian SEPERTI ITU JARANG TERJADI.
penilain Serena bahwa Anda bertukar pasangan jelas merupakan pikiran sempit, subyektif, dan tanpa fakta. Itu merupaka kesimpulan yang sangat subyektif dan cuma dari satu sisi. Please grow up teen-girl!.
Rudi Hendarto
Purwakarta West Java
Ps: Mohon maaf saya belum punya blog. Saya buka blog ini setelah tadi pagi liat sebuah infotainment.
apapun jalinan asmara anda berdua, tidak ada yang bisa menghalangi. apapun yang anda lakukan dan katakan akan anda berdua pertanggung jawabkan di hadapan Tuhan.
ReplyDeleteTo Anonymous:
ReplyDeletePak/Bu/Mas/Mbak/Sdr/Sdri...
Definisi "Selingkuh": curang, tidak jujur, tidak berterus terang, korup.
Definisi tsb saya ambil dari Kamus Umum Bahasa Indonesia. Berdasarkan definisi tsb, apa yang saya dan Reza lakukan melalui blog kami masing-masing -- jika Anda memang jernih -- justru menunjukkan bahwa kami tidak suka dicurangi oleh pemberitaan simpang-siur di luar sana. Dan karenanya, kami memilih untuk JUJUR dan TERUS TERANG.
Definisi "selingkuh" yang Anda miliki, sayangnya, hanya eksis di kamus dalam kepala Anda sendiri. Silakan Anda yakini definisi tsb sepanjang Anda suka. Karena jelas yang Anda lakukan di blog ini hanyalah numpang menghakimi orang lain (dan lagi2 tanpa berani menunjukkan identitasnya). Persis seperti orang buang hajat di teras rumah orang lain dan merasa dirinya benar, karena di otaknya di situlah definisi "WC" berada.
Dengan segala hormat, menurut saya pribadi... Andalah yang edan.
Bicara soal Tuhan, cara mencari Tuhan-nya saya sangatlah gampang. Silakan Anda cari cermin dan berkaca di sana. Apapun yang Anda lihat, saya bisa menemukan Tuhan di sana. Nah, jika sebaliknya Anda melihat saya dan tidak menemukan hal yang sama... well, it's your loss.
The question is: jika mendefinisikan kata selingkuh saja masih keliru, sungguhkah Anda nekat ingin menunjukkan ketuhanan seseorang?
~ D ~
Dan untuk another "Anonymous" after DeParis...
ReplyDeleteSaya lebih tertarik ingin tahu kapan expiry date dari kebodohan dan kesoktahuan Anda. Karena barangkali saat hari itu tiba, langit akan semakin biru, dan Bumi akan turun sedikit temperaturnya.
~ D ~
MENGUTIP KOMENTAR ANONYMOUS:
ReplyDelete"Memang dunia sdh edan, anda dan dee tidak mengaku selingkuh,selingkuh itu adalah hubungan dgn pihak ketiga dimana masih dalam status perkawinan.
...
Janganlah kita mau membenarkan diri dgn teori2 yang menyesatkan. Sepertinya anda dan dee tidak ber-Tuhan."
Pertama, mohon taruhlah nama Anda (jangan Anonymous), nama asli atau palsu kan Anda yang tahu sendiri. Tahu gak ada berapa banyak komentar dengan menggunakan Anonymous di posting ini saja? Dengan mencantumkan nama, Anda memudahkan saya untuk memberikan respon atas komentar Anda. Coba bayangkan, kalau saya sekadar balas, "Halo Anonymous,blabla...", apa gak bingung para pembaca disini untuk mengikuti percakapan kita?
Kedua, memang dunia sudah edan. Ini bisa kita bersama lihat dari sampel kecil mengikuti percakapan di posting ini. Tidak tahu, merasa sok tahu dan lebih benar daripada yang terlibat. Diberitahu fakta, malah merasa pihak yang terlibat langsung membela diri. Dilengkapi ceritanya, malah disuruh diam karena artinya emas. Memang pada akhirnya cuma bisa terpingkal-pingkal menyaksikan keedanan ini.
Ketiga, teori menyesatkan? Anonymous senang ya buat definisi sendiri tentang selingkuh? Justru karena saya paham bahwa definisi selingkuh tidak sama antara berbagai orang, itu sebabnya saya sudah berikan definisi saya: hubungan asmara yang terjadi antara 2 pihak, di mana salah satu atau keduanya sudah punya pasangan, dan hubungan asmara tersebut terjadi TANPA sepengetahuan atau restu dari pasangan resminya. Kalau Anda pakai definisi lain yang menyebabkan penilaian lain, itu kan problem Anda. Sebagai informasi, mengutip referensi dari DUA kamus Indonesia menyatakan selingkuh itu definisinya sangat berbeda dengan yang Anda tulis. Mohon, kalau tidak tahu, jangan sok tahu (sambil buat definisi teoritis sendiri yang justru menyesatkan).
Terakhir, tentang saya dan Dewi tidak berTUHAN? Sudahlah, definisi kata 'selingkuh' saja sudah berbeda acuan antara saya dan Anda, apalagi pengertian kita tentang Tuhan. Nanti kalau sudah ketemu Tuhan-serba-tahu versi Anda, coba tanyakan saja sama Dia apakah kami berTuhan atau tidak, ok?
Salam edan...
Reza
maaf kalau saya ikut komentar,
ReplyDeletesaya ikut deg2an membaca interaksi pada komen2 untuk tulisan anda mas reza.
menurut saya, setelah saya membaca balas membalas interaksi diatas
saya merasa mas reza tidak seperlunya mengkomen dan membenarkan lewat teori omongan-omongan yang menurut mas reza tidak benar.
subjektif dan objektif adalah hal yang sangat relatif dalam hidup.
entah mengapa saya menangkap bahwa mas reza merasa dirinya benar dgn apa yang mas reza bicarakan.
mungkin saya salah menangkap seribu maaf dari saya. XD
kalau memang anda merasa ada komentar yang tidak sesuai biarlah itu berlalu toh itu hany sebuah relatifitas kan ? saya hanya akan menangkap kearoganan diri dari seorang mas reza dengan berbicara teori dan berbicara bahasa yang saya akuii sangatt indahh untuk membalas komentar2 tersebut.
sejuta hati-hati dari saya dalam menulis komentar ini agar mas reza tidak tersinggung atau mengutip kembali komentar ini dengan omongan mas reza yang sangat teoritis yg memperlihatkan bahwa saya keliru.
terimakasih dan sejuta maaf dari saya jika saya salah
dan saya harapkan komentar saya tidak dianggap salah tapi diajak ke dalam alam pikir mas reza. (=
salam hidup,
jess
Hehehe...saya sudah buang-buang waktu buat baca comment ini ^_^ GBU everyone
ReplyDeleteHi Jessie,
ReplyDeleteKalau Anda perhatikan posting komentar disini, memang ada yang saya balas, ada yang saya diamkan saja. Tidak semua yang saya balas merupakan respon atas kritikan orang, ada juga kritikan yang tidak saya balas.
Memang semua kebenaran relatif, ketika kita memahami itu sepenuhnya, maka berbagi sudut pandang yang berbeda bukan lagi berarti "saya benar, kamu semua salah", namun "semua juga benar dalam sudut pandang masing-masing".
Jadi kalau pernyataan berikut bisa melegakan Jessie, ya memang SAYA MERASA BENAR DALAM SUDUT PANDANG SAYA, berdasarkan kronologi fakta yang benar-benar terjadi, tetapi saya tidak menyalahkan pendapat orang lain. Pendapat orang lain yang tidak kenal dan tidak tahu duduk permasalahan sebenarnya, mau-tidak-mau harus didasari pada asumsi mereka tentang 'apa yang terjadi'.
Jadi kalaupun ada koreksi atau klarifikasi dari saya, yang diluruskan oleh saya adalah 'apa yang sebenarnya terjadi', bukan pendapat orang lain, ok?
Dan satu lagi, sangatlah wajar bagi setiap orang ketika berpendapat merasa dirinya benar, hanya tidak semua menyadari dan mengakui hal ini. Namun dalam merasa benar, kita tidak selalu perlu menyalahkan pendapat orang lain kan?
Sekali lagi, saya memang benar, Anda juga benar, semua juga benar. Semua tergantung dengan darimana kita berangkat dalam membentuk opini.
Salam hidup,
Reza
PS: dari beberapa posting, saya heran mengapa banyak orang begitu alergi dengan "teori" atau "teoritis"? Bukankah semua pendapat kita adalah teori yang kita bentuk sendiri dengan pikiran?
Saya tidak tahu pribadi artis termasuk kalian (isi hati kalian), dari tulisan dan cara merespon.
ReplyDeleteMenurut aku Reza bisa saja orangnya penyabar dan teoritis (tahu teori harus konsekuen teori yang diucapkan)liat dari wajah seseorang terkadang mewakili karakter orang.
Dee orangnya agak emosian dari cara menanggapi dan melihat wajah seseorang.
Anggap saja aku sok tahu mengenai membaca orang dari raut wajah.
Efek perubahan wajah biasa didukung orang yang bersangkutan berperilaku. misal orang yang sangat sabar, positif thinking, bijaksana, dan yang baik lainnya wajahnya akan enak untuk diliat.
Nah, maksud dari Serena aku sudah nangkap pointnya. Reza aku juga bisa menerima pernyataannya, Dee kayaknya masih gmana yaaa...
OK, kondisinya kurang lebih sudah sama dengan pemberitaan hanya perlu sedikit pelurusan dari kalian. (intinya no problemo)
Yang jelas aku kasihan dengan Keenan korban dari keegoisan orang tuanya untuk mencari kepuasan batin (cinta, bebas konflik, kebahagiaan, tentram dll)didunia ini.
Pelajarilah sampah, barang yang tidak berharga, jelek, bau, kotor, hampir semuanya tidak ada yang baik, kita tidak betah dengan sampah. Dibalik sampah yang seperti itu bentuknya masih bisa ditemukan adanya nilai, harga, daur ulang jadi produk baru yang diminati. Tau maksudnya?
Semuanya sudah terjadi keputusan sudah diambil titik.
Setelah itu bisakah kalian menjaga keputusan yang kalian ambil sekarang ini dan mempertanggungjawabkan di masa yang akan datang mengenai pilihan hidup yang kalian pilih. Saya tunggu 30 tahun mendatang jika kalian dan saya masih diberi umur panjang.
Reza (tempat berteduh yang nyaman)
Dee (masih mencari tempat berteduh yang nyaman)
Semoga tulisanku salah ...
masih ada emosi di dalamnya
Jangan membuat korban lagi ntar kalo dah nikah (anaknya Reza-Dee).
Kalau cuman produksi anak aku ikut. Bikin anak, terus cerai lagi yaaah sama aja dong. Teori = shit.
Kalau seperti itu yang terjadi muncul pertanyaan terakhir.
Apa yang sedang kamu cari ?
Yang tanya itu hatimu dan yang seharusnya menjawab adalah hatimu sendiri juga.
Cayo....
Artistainer,
ReplyDeleteBisakah kita meramal apa yang akan terjadi 10 menit dari saat ini? Kalau 10 menit saja tidak mampu, apalagi 30 tahun ke depan.
Anda tidak kenal Keenan, Dewi, klien saya dan saya sendiri. Kami saja yang terlibat langsung tidak bisa memastikan masa depan, sungguh sulit membayangkan bahwa Anda bisa meramalkan mudah / sulitnya kehidupan pribadi kami nantinya.
Satu-satunya cara untuk bisa membuat proyeksi masa depan seperti yang Anda sampaikan, adalah dengan mengacu pada teori dan pengalaman ORANG LAIN atau ANDA SENDIRI.
Jadi, terimakasih sudah berbagi "teori" Anda ya.
Salam,
Reza
jadi inget tulisan dee,, kaca mata hati..
ReplyDeletesemua tergantung pada warna apa yang melekat,, kita semua disini mungkin sedang mengupas lensanya hingga tak ada yang menghalangi pandangan..
Thx Reza, for telling the most ridicilous explanation in this month. Gaya anda sama seperti koruptor2 yang lihai berdalih di balik teori2 yang hanya kalian sendiri yang paham.
ReplyDeleteJujur, saya kecewa, terutama kepada Dee yang saya anggap cerdas secara intelektual & emosional.
Dalih anda bahwa kehadiran anda adalah akibat komitmen Dee & Marcell tetap tidak bisa memungkiri "pengaruh" anda dalam suatu pernikahan yang MASIH SAH.
So just enjoy your happiness with your love one & don't waste it by yelling to others how hyprocite you both are.
Saya adalah wanita menikah dengan 2 anak & saya JUJUR pernah mencintai laki2 lain & JUJUR masih ber-angan2 bila bersamanya (angan2 yang sangat mudah saya wujudkan).
JUJUR-lah pada dirimu.
PS: tidak ada yang peduli dengan "kode etik" anda jika ikatan sakral saja anda terabas.
Dinuk said ,”Don't waste it by yelling to others how hyprocite you both are.” – I don’t yell anything about it at all, hypocrisy is your own self-made conclusion on this story.
ReplyDeleteIn fact, this whole writing was based on my intention to be JUJUR. Tetapi, sayangnya beberapa orang, termasuk Dinuk sendiri, yang memang tidak setuju dengan pilihan kami. Sehingga upaya kami untuk menjelaskan duduk perkara sebenarnya (yang sangat berbeda dengan drama sensasional media gossip di luar sana), menjadi diartikan sebagai kemunafikan dan penyangkalan.
Terimakasih sudah berbagi mengenai angan-angan pribadi Anda untuk menjalin hubungan cinta dengan pria lain di luar pernikahan Anda. Itu adalah pelajaran hidup Anda pribadi yang tidak layak saya nilai. Namun berhati-hatilah ketika menyimpulkan bahwa situasi hidup orang lain YANG TIDAK ANDA KENAL seolah-olah duduk permasalahan, sistem nilai dan pilihan akhirnya seolah HARUS SAMA dengan yang Anda tempuh.
Mengenai “pengaruh” diri kita terhadap pernikahan orang lain, sebagaimana pernah ditulis salah satu komentator sebelumnya: meskipun tidak ada perselingkuhan, sekadar jadi teman curhat, sahabat, sekelompok arisan atau rekan kerja pun bisa “mempengaruhi” pertimbangan seseorang yang sedang mengalami krisis dalam pernikahannya. Kalau kita ingin steril dan tidak membawa pengaruh sama sekali bagi orang lain, tinggal saja di gua, ngobrol sama pohon. Jangan berinteraksi dengan manusia lain karena interaksi sekecil apapun akan saling mempengaruhi pikiran. Saya tidak pernah menyangkal “pengaruh tidak langsung” ini dalam kasus Dee-Marcell, saya hanya bilang bahwa tidak ada perselingkuhan.
Terakhir, mengenai pendapat Anda tentang ikatan sakral, barangkali kita memang berangkat dari pemahaman yang tidak persis sama, dan sejujurnya TIDAK HARUS SAMA. Saya melihat sakral itu dilihat bukan dari BUNGKUSNYA, namun dari isi hati. Pernikahan tidak pernah akan sakral, karena pernikahan adalah bungkusan. Pernikahan hanya menjadi sakral, ketika isi hati kedua pihak yang menjalaninya, berisi cinta yang tulus. Dan pernikahan bisa TERLIHAT SAKRAL dari luar, namun basi, busuk, dan mati di dalam hati. Mungkinkah ini yang sedang Anda jalani dalam pernikahan Anda sendiri yang masih diwarnai dengan angan-angan pria lain? Saya tidak tahu, dan itu tidak perlu jadi penilaian saya. JUJURLAH PADA DIRIMU
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteDear mas reza, tidak usah dengar komentar orang yang menyakitkan hati untuk dibaca, mas reza & dewi lah yang paling tau apa yang terjadi..selama kita yakin yang kita lakukan yang baik untuk kita saat ini dan nantinya mungkin, jalani saja.. terserah dengan mereka, mereka hanya bisa seenaknya berkomentar tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan tidak perlu tau bukan?! saya pernah diposisi dimana semua orang berkomentar tentang masalah yang saya hadapi seolah mereka yang paling tahu apa yang terjadi...dan memang terasa menyesakan hati, jadi biarkan saja mereka, terserah dengan mereka, mas reza & dewi lah yang menjalani semuanya, bukan mereka, jangan komentar mereka membuat mas reza terlihat jadi "salah", jangan terpancing emosi membacanya..
ReplyDeleteMas Reza,
ReplyDeleteSaya setuju dengan Me, tidak usah ditanggapi komentar yang hanya bertujuan ingin menyakiti hati dan memancing emosi, jika ditanggapi terus, tidak akan ada habisnya karena mereka akan semakin memancing dan memancing emosi. Semakin Mas Reza terpancing, mereka semakin senang, dan memancing terus.
Setiap orang ingin berbahagia, so take it dan tidak ada yang ingin melihat anaknya menderita. Jadi saya yakin, semua yang terjadi ini pasti udah dipikirkan masak2.
Sorry, I dont have any blog
or URL, so I use Anonymous.
Rgds, Mustika
Wach yang disini rame yach, betul kata me, ngak usah ditanggapi komentar yang hanya bertujuan untuk memancing emosi kita, karena itu tidak ada manfaatnya juga. Mungkin orang itu kerjaannya emang seperti itu, semakin sering kita tanggapi semakin senang dia. Tapi bila kita cuekin nanti juga hilang sendiri.
ReplyDeleteTentang perceraian Marcell Dan Dewi,itu mach urusan mereka berdua, kenapa orang lain yang tidak tahu menahu malah sibuk menghujat mereka. Kalau aku boleh kasih komentar ini adalah perceraian yang paling bagus untuk dijadikan pelajaran. Bandingkan saja dengan KASUS perceraian yang lainnya, masing masing sibuk dengan opininya, saling menghujat, saling menuduh, rebutan harta, rebutan anak, etc.mana yang lebih baik cara Marcell & Dewi, atau cara mereka yang di luar sana. Kata GURU Hen Sesuatu itu tidak ada yang kekal, semua berproses. Inipun semua hanya "proses" dari sebuah kehidupan. Be HappY :-)
Reza & Dee,
ReplyDeleteSaya hanya seorang bloghopping yang menikmati sore hari ini dengan membaca blog-blog orang lain yang sekiranya menarik.
Saya tidak pandai berkata-kata bagus seperti Reza & Dee, tetapi saya juga bukan orang yang memiliki pemikiran sedangkal dan sebodoh Serena terkasih.
Sudah jelas ini merupakan kemurahan hati Reza & dee untuk mengklarifikasi pemberitaan yang jujur saya juga tidak terlalu mengikuti tetapi setelah saya baca baik-baik dan tanpa emosi seperti Serena Terkasih saya salut dengan keberanian dan kebaikan anda berdua membagi bacaan terhadap kami, penikmat blog.
Menikah, Bercerai, Menikah lagi, Bercerai lagi, siklus manuasia yang ditentukan oleh manusia tersebut jua. Orang yang sangat Pintar dan mungkin ngefans sekali dengan anda berdua seperti Serena sedikit terusik, tak apa. Lanjut saja jalan terus, bukan dia yang memeberi anda makan (suatu hal yang dibutuhkan manusia). Perjalanan hidup ini milik anda. Past, present and Future anda yang memutuskan.
Serena darling, yey bener2 kurang kerjaan ya bok.. ada apa sih? situ repot amat ngurusin rumah tangga orang lain, punya keluarga? atau kayaknya ngeliat betapa piciknya situ komentar ngga ada kali yaaa.. True, blog dibuat dan apabila disediakan tempat komen untuk dikomentari. Tp do it gracefully dear kalo ngga tengsin dong ciiinn...
Saya bukan orang pinter kaya situ, yang bingung sendiri mbedain objective dan subjective, pertama komen dengan gaya elegan sok teoritis, dan begitu dijawab oleh kemampuan Reza berteori, situ malah kebingungan dan balik kampungan. Tsk.. ngga elegan sayang.
Reza & Dee, bagaimanapun jalan yang dipilih, semoga berbahagia ya!
Toodles,
Mrs. P.
(not a blogger)
Dear Reza ... apa kabar ?
ReplyDeleteBuat teman2 di blog ini, Reza adik kelas saya waktu SMP dan sempet ketemu 11 tahun yang lalu di Mall sama adiknya yang cantik. Lalu, ketemu lagi di FS and Face book.
Saya cuma mau kasih masukan buat rekan2 di blog ini bahwa walaupun saya tidak ketemu Reza setiap hari dan bahkan mungkin Reza hampir lupa dengan saya ... Tapi saya cukup mengamati perkembangan Reza dari SMP hingga sekarang. Reza dalam proses pemikiran dan kedewasaan yang luar biasa dengan pengalaman hidup yang bewarna. Tapi apapun itu bentuk pemikiran Reza, semata-mata itu intinya adalah "PILIHAN".
Saya yakin Reza sudah memikirkan dengan baik akan pilihannya, kita sebagai orang luar boleh mendukung atau tidak namun tidak boleh protes, karena semua orang berhak untuk memilih kebahagian atas jalan hidup yang dipilih dengan segala resikonya.
Saya berharap di blog ini ada baiknya berkomentar tentang karya2 Reza, kontribusinya dan lain sebagainya. Masih banyak hal yang luar biasa dalam diri Reza yang pantas dikomentari. Jadi ada baiknya kita hormati privasi pilihan hidupnya.
Untuk Reza, Selamat ya! sempat kaget tadi pagi denger di Infotainment :). Anyway, Jalani pilihan mu dengan baik, dan buktikan bahwa pilihan mu tidak salah dan tidak merugikan siapapun. Selamat menempuh kebahagiaan total ya :). C u ya Rez.
Saya adalah orang yang benar benar percaya bahwa semua makhluk ciptaan Tuhan pasti berjodoh. Dan pasangan sah mu, ( suami/istri ), belum tentu dan belum pasti jodohmu. So, sampai benar benar manusia merasa menemukan seseorang yang benar benar dirasa sebagai belahan jiwanya, sampai benar benar tidak ada makhluk lain yang bisa menggeser posisinya, manusia berhak merasa dan menemukan 'jodoh' hidupnya.
ReplyDeleteBahkan, jika setelah ini masing masing ternyata masih 'mencari' lagi, apa yang salah??
Saya sudah menikah, dan saya tidak suka perceraian. Tapi, tidak semuanya haruslah hal hal yang kita suka, bukan? Bahkan dalam ajaran agama saya, Tuhan tidak menyukai perceraian, tapi menghalalkan perceraian jika perceraian tersebut perlu dilakukan.Jadi? Apa hak manusia melarang atau mencaci maki perceraian?
Apa hak manusia menghakimi dan mengatakan bahwa perceraian yang dilakukan oleh manusia lain adalah salah atau tak pantas?
Apa hak manusia menyatakan bahwa buah dari pernikahan yang pernah terjadi akan menderita?perlu dikasihani? Siapa manusia yang berani mendahului takdir Tuhan dan menyatakan bahwa 'anak' 'korban' perceraian akan menderita? Siapa manusia yang mampu memastikan bahwa si 'anak' akan lebih baik jika dua manusia yang membuat mereka ada itu tetap bersama atas nama kebersamaan semata?
Huuuu..hhu.. cape pake bahasa resmi. :)
Reza and Dee,
Kalian adalah orang orang yang diberi nikmat dan kelebihan oleh si Pencipta.
Tanpa mengecilkan orang orang disekeliling anda ( yang ada disekeliling kalian baik diundang maupun tak diundang :P )... masa bodoh aja lah. :)
You guys live the life.
And you guys and gurls, the comentators..
Dengan kalian menghakimi, kalian tidak menghargai Dee, Reza, bahkan Marcell dan Keenan.
Kalian kira, Marcell ( victim?? ) perlu kalian bela?
Mereka sudah melakukan hal hal terbaik yang bisa mereka lakukan.
Pelajari.
regards,
T
Tidak penting sekali membahas hal semacam ini. Anda mau menikah atau tidak dengan siapa, itu urusan anda. Anda meyakini bahwa anda bukan pihak ketiga, mengapa harus pusing atau terusik dengan apa yang akan diomongkan/dipergunjingkan orang lain tentang anda sehingga anda melakukan klarifikasi? Biarkan saja semua berlalu. Pro dan kontra selalu ada. Pendapat yang keluar dari kumpulan saraf-saraf dalam tengkorak kepala selalu berbeda satu sama lain. Santai saja pak. Kecuali memang hal ini digunakan untuk sekali dayung dua tiga pulau terlampaui yaitu sama saja dengan rumah produksi infotaiment, MENCARI POPULARITAS. Jika itu tujuan atau sekedar bonus, go ahead! Everybody has their special way to be famous.
ReplyDeleteBR
Mas Reza, tiada perbedaan antara samsara dan nirvana, hening dan ramai. Semua sama.
ReplyDeleteSaya yakin anda dapat mengatasi semua.
salam
Segala sesuatu yang berkondisi adalah tidak memuaskan. Tinggal bagaimana kita menyikapinya.
ReplyDeletePanjang lebar ternyata you're that third person. Well. congrats.
ReplyDeleteTo Jens:
ReplyDeleteCoba buktikan komentar tolol Anda.
Jens: who do you think you are? Mampir dan ngoceh sembarangan teu puguh? God, you're pathetic. Sorry.
ReplyDeleteAll,
ReplyDeleteSeorang teman saya suka sekali minum [minuman beralkohol]. Suatu kali sambil bercanda dia bilang bahwa minum alkohol kalau hanya sedikit dan tidak membuat mabuk itu tidak dilarang agama, sebab agama hanya melarang untuk minum minuman yang memabukkan. Mendengar itu saya ‘ga tahan’ untuk komentar. Menurut saya minum alkohol itu, baik sedikit atau banyak, membuat kamu mabuk atau tidak, adalah dilarang agama. Kenapa? Karena alkohol itu memabukkan, atau dengan kata lain ‘mempunyai unsur memabukkan’. Sedikit atau banyak, membuat mabuk atau tidak, bukan penentu bahwa benar minum alkohol itu tidak dilarang. Tanpa bermaksud menghakimi teman saya (dan tentunya juga diri saya sendiri yang kadang-kadang suka pergi clubbing dan minum) lebih lanjut saya berpendapat bahwa it’s ok kalau dia mau minum, itu urusan dia, toh risiko dia tanggung sendiri, dan urusan apakah dia berdosa atau tidak kan urusan dia dan Tuhan, tapi alangkah baiknya dia tidak menyatakan bahwa apa yang dia lakukan (minum) itu bukanlah perbuatan yang dilarang, sebab, menurut saya, dengan memberikan justifikasi sedemikian rupa, dia sudah ikut andil dalam pergeseran nilai dan kaidah agama.
Now let’s talk bout marriage. Saya lihat di buku nikah saya ada yang namanya Sighat Taklik. Ini yang disebut sumpah/janji kawin. Setahu saya sumpah/janji kawin itu juga diucapkan bagi perkawinan yang dilangsungkan menurut agama lain. pastinya Dewi dan Marcel juga dulu mengucapkan sumpah/janji kawin kan? Setahu saya juga sumpah/janji kawin itu bukan janji hanya kepada pasangan, tapi juga sumpah/janji kepada Tuhan. Jadi, pihak dalam perkawinan itu menurut saya bukan hanya istri dan suami, tapi juga Tuhan. Selama masih berada dalam pernikahan, saya percaya bahwa janji/sumpah nikah itu tetap berlaku. Jadi, menurut saya lagi, menjalin hubungan dengan orang lain pada saat kita masih terikat perkawinan, baik direstui oleh pasangan sah kita atau tidak, adalah suatu bentuk ‘kecurangan’, pelanggaran atas sumpah kita sama Tuhan, dan penodaan atas lembaga perkawinan. Kembali pada definisi selingkuh berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia (mengutip Dewi) yaitu curang, tidak jujur, tidak berterus terang, korup, saya rasa sah-sah saja kalau dikatakan bahwa Dewi memang selingkuh, mungkin bukan dari suaminya, tapi dari sumpah yang dia ucapkan waktu dia memasuki lembaga perkawinan. Apakah perselingkuhan itu yang menyebabkan perceraian? Saya rasa kita semua tidak akan pernah tahu, dan kalau saya jadi Dewi atau Reza, saya tidak akan menghabiskan banyak energi berusaha membuktikan atau mengklarifikasi.
Saya tidak bermaksud mengkritisi siapapun, menyatakan bahwa ia buruk dan dengan kata lain menyatakan bahwa saya tidak memiliki keburukan. Dalam hal ini yang ingin saya coba sampaikan adalah pesan bahwa apa-apa yang kita kerjakan, meskipun kurang baik, adalah pilihan kita, dan oleh karenanya menjadi urusan kita, orang lain hanyalah penonton, tapi alangkah lebih baik sesuatu yang kurang-baik tersebut tidak kita tampilkan seolah-olah sebagai sesuatu yang baik dengan berbagai macam teori2 pembenar. Keprihatinan saya adalah segala teori2 pembenar tersebut, jika semakin lama semakin digaungkan dan diterima, akan menggeser nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang terkandung dalam lembaga perkawinan. Gampangnya, if it does not right please don’t say it is. Aku rasa banyak orang juga berusaha menyatakan hal yang sama, dengan berbagai cara, yang sebagian mungkin tampak sangat kejam.
Ada hal lain yang ingin saya sampaikan kepada Reza dan Dewi, mudah-mudahan bisa diterima bukan sebagai suatu bentuk permusuhan. Seharusnya kalian bisa prediksi bahwa publik menilai/menghakimi, dan sudah menyiapkan mental terlebih dahulu. Dewi adalah seorang publik figure. Dinilai dan dihakimi adalah risiko dari pekerjaan yang sudah dipilih, sebagaimana juga Reza sudah memilih (dengan berpacaran dan menikahi seorang public figure). Menurut saya, kesalahan terbesar yang dilakukan oleh Reza n Dewi hingga saat ini adalah: you talked too much, dengan emosi yang meluap2. Maaf jika saya terkesan sok tahu, ini menurut pengamatan saya. Walaupun komentar yang disampaikan oleh Reza sudah terangkai dalam kalimat yang santun dan rapi, tapi kemurkaan jelas sekali ditampilkan, apalgi terkadang kata-kata yang dipilih memang sarkastik. Reza memberikan argumen yang sama berulang-ulang, yang menurut saya just to dominate the conversation or to win the debate. Sorry to say, If I were to come for your service to get holistic healing, I would’ve canceled it, sebab tulisan Reza tidak menggambarkan ketenangan jiwa. Dewi, terlebih lagi, hampir selalu hadir hanya untuk mengkritisi kata yang dipilih oleh pemberi komentar, yang menurut saya hanya sekedar menunjukkan siapa yang lebih smart. I don’t think that is truly smart. Memang Reza dan Dewi juga bisa menghakimi (you are only human), seperti public menghakimi kalian, tapi aku ko melihatnya seperti ini ya: Dewi n Reza are the topic, the center of attention, public are just the audience. You guys are wasting time to also judge ‘the public’. Siapa yang tahu Rika, Anonymous, atau Serena. We are the public. But everyone knows Reza and Dewi. Tanpa bermaksud menggurui, if you think the whole things about your relationship or marriage re your private area, if I were you, I would’ve said ‘no comment’ in the first place. If I were you, I would’ve just enjoyed what I have. Toh baik Reza maupun Dewi tidak punya kewajiban untuk menjelaskan apa-apa dan kepada siapapun. Like you said, this is your life. Aku perhatikan, tidak terdengar public menghakimi Marcel dan pasangannya (maaf saya lupa namanya), setidaknya ga seperti menghakimi Dewi dan Reza. Aku rasa, mungkin itu karena they talk less...??
Anyhow, since you guys are already married now and everyone seemed to be happy, congratulation!!
Oh iya, satu lagi, untuk Dewi, agak menyimpang nih. Saya dulu baca supernova buku pertama (sorry saya ga ingat persis judulnya). Di awal dan pertengahan saya menikmati sekali buku itu. Kata saya dalam hati, canggih nih yang ngarang. Keren euy... tapi begitu saya sampai pada bagian endingnya, saya kecewa sekali. Saya tahu the whole story is fiction, tapi pada saat membaca buku itu (di awal dan pertengahan), saya bisa menggambarkannya ceritanya di kepala saya dengan mudah, dan bisa sangat nyata sekali, tapi ketika sampai di ending, hmmm saya melihat unsur underground futuristic yang jauh sekali ga nyambung dengan cerita awal dan pertengahan, ga sesuai dengan ide yang sudah terlanjur berkembang di kepala saya. Pendapat saya waktu itu, sayang sekali... sepertinya penulis ingin memberi kesan adanya suatu unpredictable ending, biar lebih dramatis, tapi buat saya pada saat itu ending yang diciptakan terkesan terlalu dibuat-buat dan dipaksakan. Setelah itu, terus terang saya sudah tidak lagi bersemangat untuk membaca supernova edisi selanjutnya. Padahal mungkin lebih bagus ya hehehe. But I believe many many people still think it’s a great book. Aku juga sih, cuma yah itu sayang aja kurang sempurna...
saya juga pernah merasakan hal yg sm spt mas reza,ketika saya merasa telah memanusiakan sma org di sekitar saya,dlm hal ini saya menganggap sopan santun,empati adalah bawaan lahiriah kita sbg manusia. apalagi sbg orang yg bisa dikatakan dewasa dr segi umur sekiranya sudah belajar byk hal sepanjang hidupnya sampai detik ini. belajar ttg rasa sakit,kehampaan,pedih,senang tentu membawa kita ke dlm pemahaman dasar kita sbg manusia..suatu hari saya merasa tidak dimanusiakan,dianggap g sempurna,g memenuhi syarat utk masuk surga,ketika saya melakukan kesalahan/hal yg menurut saya benar krn saya tidak merugikan siapa2 tapi salah menurut mereka.semua akan menunjuk muka saya spt saya satu2nya pendosa.
ReplyDeleteketika kita bahagia,org2 terdekat kita jg bahagia.krn mereka yg plg mengerti bukan serena2 diluar sana.lucunya 4org yang kalian ributkan ini baik2 saja,kok serena2 ini complaining.jadi mas reza remain calm aja biarkan mereka yg ribut,kan mas sudah melakukan bagian mas.mereka yg ribut batinnya sakit.selebihnya mas jalanin hidup spt biasa.org2 spt serena g bkl jadi klien mas,different way of living :)
kalaupun tmpt praktik sepi brarti dunia sdh jadi tmpt yg lbh baik.pas saya di toko buku saya g bkl beli buku ttg beternak unggas krn bukan minat saya,jadi mbak rika bukan org yg tepat utk baca supernova itu betul.
bagi yg ribut ttg pola pikir mereka jgn lantas merasa benar,toh saya g setuju sm konsep tuhan yg dgn sukacita mendatangkan saya ke dunia namun menceburkan saya ke neraka dgn sukacita pula.jadi kalau mengimplementasikan bagaimana mereka bercerai dan menemukan org lain dlm waktu yg cepat dgn paham2 yg kalian anut tentu mslh ini tidak akan berujung krn tdk berpangkal sama
wuih .. 80 koment gw baca gak sampe beres sih.
ReplyDeletesimple aja : sudah lah para komentator yg kontra akan Reza dan Dee, kenapa sih kalian seneng banget mengetikkan sesuatu makin ruyam ??
coba sedikit berfikir damai ... Reza dan Dee menikah ya kenapa gak kita berdoa saja semoga lancar dan selalu bahagia. jangan di hujat terus dong, toh salah mereka apa sih ke loe loe semuaa. Klo pun loe melhat anaknya Keinan beginilah begonolah, yaa gak usah di dramatisir lah, apa gunanya juga buat anda ?
Klo saya jujur lebih tertarik lihat berita info aartiss menikah, melahirkan, dan prestasi .. Yah, walaupun kaget awalnya denger Marcell dan Dee berpisah , ya wess mau gmn lagi, itu pasti keputusan paling baik yg harus dipilih.
Seandainya juga Mas Reza G itu bener2x orang ke-3 penyebab cerai nya D dan M so what gitu loh ? justru kita harus lihat di sini, betapa indahnya silaturahmi yg dee dan marcell masih bisa jalankan, dengan akur tanpa ada hujat pasangan satu sama lain. Kadang gw sebel deh sama pasangan artis yg udah cerai saling menjelekkan satu sama lain, nah itu dia yg tidak punya Knwoledge.
Dear Dee and Reza ,,... "anjing menggonggong Kafilah berlalu"
HEHEHEHEHEHEHEHEHEHE...................
ReplyDeleteSudahlah semua, Tuhan lebih mengetahui isi hati setiap mahkluknya. Mereka mau bagaimana dan apa kok kita jadi repot, biarin ajah gitu loch. Toh masuk liang lahat masing-masing. Kalau dikutuk juga masing-masing... Mending ngurus harga beras aja tuch. Penting buat hidup.
Sorry, baru aja tune-in ke blog ini. ..Kulonuwun Mas Reza..
ReplyDeleteSaya bingung deh... apakah setiap perceraian harus ada ribut-ribut masalah pihak ke 3 / gono-gini / perwalian anak. manjang-manjangin cerita di infotainment dst...
Justru apa yg mbak dewi-marcell bikin adem-ayem ga ada ribut-ribut gak menghabisin durasi siaran tv untuk info gak berguna kok terkesan SALAH (buat banyak orang)
Apakah sudah jadi budaya kita sebagai orang Indonesia untuk ribut-ribut?? Apakah kita semua sudah mencapai "paripurna" yang tanpa cela, sehingga kok gampang menjudge orang lain itu benar atau salah??
Sekedar celoteh saja niy mas, mohon maaf kalau ada kata-kata yang salah...
Keep Up the goodwork mas, dan kayaknya setelah membaca tulisan mas reza di blog ini cukup deh buat bikin "Super Reza : The Supernova Next Generation" :)
ouqif@yahoo.com
sering saya menemui komentar2 yg menurut saya kasa&jahat di infotainment,disini yg talk too much ya media&org2 yg mendramatisir. hei kapan kita nemuin mbak dee/mas reza meluap2 di media/di blog,asumsi ky gini ni yg bikin gosip makin sip.kalau ada kalimat emosi saya pikir wajar,mereka tetap manusia lha teritori mereka dijajah.apa anda2 juga adem2 diobok2/dijustifikasi ttg moral,mslh pribadi anda.wong sadar kadang-kadang suka pergi clubbing dan minum moso bicara ttg kaidah agama.fyi mbak rika yg saya hormati,kali2 tmn mbak itu nasrani brarti dia g ngerusak/menggeser kaidah agama.yang saya tau ada 'ritual' minum anggur dlm perjamuan,anggur mengandung alkohol jelas mabok kalo banyak.atas dasar itu mgkn temen mbak berpikir spt itu,bkn maksud menggeser apa2.nah,kalo bicara mslh kaidah agama mbaknya harus hati2/nanya kiri kanan dl.kl mbak merasa ini ambigu sebaiknya tanya pada ahli agama.daripada bicara panjanglebar ky gini ternyata salah,malah mbak yg dibilang menggeser kaidah.gawat itu,bgmn nasib manusia2 yg berkaidah spt mbak
ReplyDeleteregards,
yanna
industrialgangs@yahoo.com
Dear Reza n Dee...segala comment yg anda terima ini adalah konsekwensi dari popularitas anda berdua dan adanya blog anda di dunia maya...yo uwes lah, uda resiko kalo ada yg cinta atau benci sama kalian... cuekin aja, keep pursuing great achievements in your careerr life...Allah adalah hakim kita sebenarnya..please jangan terpancing terlalu jauh..O iya Rez, ada salam dari Myrna Indira
ReplyDeletemaaf, klo komennya basi
ReplyDeleteentah saya yg bodoh, apa guru bahasa Indonesia saya waktu SMP yang bloon.
Melihat secara obyektif adalah melihat melalui sudut pandang obyek. Misalnya... "Jadi, jika saya ada di posisi Mas Reza, maka yg dirasakan Mas Reza.. (mencoba memposisikan diri sebagai Mas Reza, baru komentar)"
Sementara Subyektif ya menilai melalui sudut pandang sendiri, maka yg muncul adalah sikap menghakimi, dan komentar seeenak udel karena ga bisa memposisikan diri dalam tempat yg netral?
Begitu bukan ya mas Reza? tolong dijelaskan kalo salah.
Saya memang masih kecil, tp sangat bodoh sekali orang dewasa yg mencoba menggunakan kata yg tidak dia mengerti artinya. Kalo di kampus saya, dosen saya bisa ketawa guling-guling di lantai jika saya mencoba menggunakan kata yang maknanya tidak saya mengerti, ditambah pula penggunaannya pun salah.
*saya tidak peduli dengan gosip tentang anda-anda, tp lucu aja baca komennya. dan tersenyum membaca komen mbak Dee yg manusiawi, jarang2 loh liat Mbak Dee premannya keluar :)
Dear Curly dan Chubby,
ReplyDeleteMemang itu aplikasi praktisnya dari konsep obyektif. Namun secara nyata, kita tidak mungkin menempatkan posisi kita di sudut pandang orang lain, karena kita semua punya perspektif, sudut pandang dan koleksi pengalaman hidup berbeda atau tidak persis sama. Dengan kata lain, meskipun secara itikad kita berusaha seobjektif mungkin, tetap saja akan diwarnai oleh subjektivitas.
Saya tidak berhasil menemukan definisi subyektif dan obyektif yang sama dengan versi guru SMP Anda. Yang saya temukan sepintas dalam kamus online (dictionary.reference.com) adalah:
OBYEKTIF: tidak dipengaruhi oleh perasaan, interpretasi, atau prasangka pribadi; didasari oleh fakta.
SUBYEKTIF: penekanan kuat pada sikap, mood dan pendapat diri sendiri
Ya, saya setuju ketika kita memakai kata yang tidak dimengerti sangatlah tidak bijaksana :)
ah, iya mas
ReplyDeleteterimakasih pencerahannya
saya juga masih asal-asalan dalam mengulang pernyataan guru saya, maklum, materinya diberikan sekian tahun yang lalu, jadi agak lupa kalimat lengkapnya bagaimana.
saya jadi bisa lebih berhati-hati dalam menggunakan 2 kata tersebut :)
Buat Reza dan Dee ... congratz ya atas pernikahannya, moga bahagia selalu.
ReplyDeleteAmien... ^_^
dear mas reza,
ReplyDeleteAku pikir sebagai orang yang menyatakan diri tidak peduli terhadap kemenangan, mas reza menampilkan diri sebagai pribadi yang tidak mau kalah lewat tulisan2 balasan mas reza ke serena, anonymous, or other.
Toh dari awal mas reza sudah tau ada tipe pembaca sudah terkunci dalam asumsi dan persepsinya sendiri. Lalu apa yang mas Reza lakukan? Mencoba membuka kunci-kah? Apa orang-orang seperti itu masih mungkin di dobrak persepsinya...? maaf mas, still have no idea apa pentingnya yg mas reza dan mba dee lakukan dgn tulisan-tulisan di atas.
Apa-kah dalam hal ini kebenaran tidak cukup dinyatakan saja di blog depan mas reza? dan perlu pembelaan sekuat pikiran? fiuuuuhhh...
yang mas reza lakukan di atas sebuah pembelaan-kah?atau sebuah kompensasi-kah? kompensasi geramnya mas reza atas fitnah media ataupun tanggapan yang menghujat bin menghakimi...
just wonder apa yg sbenarnya sedang mas reza lakukan..jika berkenan, tolong dijawab ya mas..
Jadi bertanya-tanya, ada apa dibalik ajang saling unjuk sudut pandang oleh orang-orang di atas...? Nafsu-kah? Ego-kah?
Hmmm....manusia memang menarik ya ^.^
Salam Bahagia,
-NaluRiTa-
Maz reza n mba dee, always be calm ya my inspirators.. Ga penting kan ngurusin comment2 yg ga penting dr org2 yg jg ga penting.. Jgn terpancing emosi, apalagi mengeluarkan kt2 kasar, hanya untuk menghadapi org2 sinting yg menghujat kalian.. Sekali lg, hanya org2 sintinglah yg pntr memberi kesimpulan tanpa adanya analisa.. Bagi saya, sekali membaca blog kalian, jauh lbh bermanfaat drpd membuang jutaan waktu untuk menonton liputan kalian di infotainment.. Bagaimanapun jalannya, malaikat juga tau.. Maz reza yg jd juaranya.. Salam: nitnotkerenz.blogspot.com
ReplyDeleteehmmm...sungguh asyik menyimak tulisan dan komen2nya, sampai luka tergoda untuk memihak, tapi tanpa memihak pun luka bisa liat mana yg elegan itu? mana yg smart itu? atau mana yg kampungan dan katro...luka lebih suka melihat, membaca, dan menikmati...
ReplyDelete'
teruntuk mas reza dan dee-> kalian...hmmm...kalian...duh luka gak punya kata-kata lagi,but seperti pendapat yg lain, tak usah dianggaplah mereka2 yg seenaknya membuat definisi dari tulisan n kondisi kalian, biar mereka menggonggong sajalah, tak usah dianggap, tak usah dibikin pusing, tapi tetep perlu untuk terus klarifikasi apabila itu sudah menusuk2 nurani kalian, karena TIAP ORANG ITU PUNYA HAK UNTUK MEMBELA DIRI, BAHKAN SEORANG PELAKU GENOSIDE SEKALIPUN...
'
Luka
Ha ha lucu juga baca comment Reza n Dewi Pin Pin Bo "pinter2 bodoh".
ReplyDeletebtw Definisinya apa ya kalo "pacaran sama orang lain terus dapat ijin dari suami"? kalo selingkuh kan nggak terus terang ya? :D
saya ini pengagumnya mbak dee,wanita yang cantik,smart n multi talent, saya udah baca karya2nya mbak dee n terus terang kagum bgt... tapi mbak dee kok gak pernah dapat pasangan yang cocok y.. dulu ama marcel, walaupun saya kagum ama mbak dee tapi saya gak suka liat marcel(ada alasan g suka) gak suka aja.... trus sekarang ama ahli terapi yang bijak(kata2nya aja sih) jelas keliatan bukan seorang pria dewasa yang berkarakter, kalau menurut saya(maaf y mas)mas reza itu terlalu kekanakan buat mbak dee, sekali lagi maaf kepada pihak yang bersangkutan yang merasa tersinggung, posting ini dibuat semata2 karena saya sangat kagum kepada mbak dee..
ReplyDeleteDear Fadhil,
ReplyDeleteANDA MENULIS "posting ini dibuat semata2 karena saya sangat kagum kepada mbak dee.."
Saya hanya mengapprove komentar Anda, karena 1 kejanggalan yang mencuat:
Anda merasa begitu kagum dengan karya Dee, namun PADA SAAT YANG SAMA kurang puas dengan pilihan hidup Dee. Bagi saya, it's ok, semua orang berhak berpendapat. Namun kalau kedua rasa tersebut (kagum sekaligus kurang puas) memang tentang Dewi, maka telinga yang paling tepat untuk menujukan ungkapan hati Anda, adalah bukan telinga saya, bukan juga telinga Marcell, namun Dewi sendiri.
Mungkin sebagai pengagumnya, Anda lebih lega kalau berkomentar tentang kehidupan pribadi idola Anda, kepada yang bersangkutan secara langsung. Semoga menemukan kejernihan dalam kebingungan Anda saat ini.