Wednesday, September 20, 2006

The Art of Listening to Your Own Body

Sukses, kerja keras, ambisi, motivasi, target, harapan dan cita-cita.

Hidup ini kerap kita jalani setiap momennya penuh dengan ketegangan. Ketegangan yang dibenarkan dalam rangka mengejar sukses, rezeki, dan impian.

Semua kita lakukan karena ada sebuah formula hidup yang ada dalam batin ini.

Formula tersebut berbunyi: “Sukses = Pencapaian = Kebahagiaan”. Formula yang seringkali tidak kita sadari karena sudah terpatri di alam bawah sadar ini. Yang kita sadari hanyalah ketergesaan kita setiap saat yang mengatasnamakan sukses.

Balapan Kehidupan

Bagaikan mobil balap yang sedemikian canggihnya, kita injak “pedal gas kehidupan” ini sampai mentok semaksimal mungkin, karena begitu banyak yang harus kita capai, begitu banyak saingan yang harus kita dahului, dan kita begitu yakin bahwa sekali kita lengah, maka kesuksesan akan terlewat di depan hidung kita dan jatuh ke tangan orang lain. Orang lain yang lebih agresif, yang lebih ganas, lebih tangkas, dan lebih gesit.

Kita harus membayar mahal untuk dunia ketergesaan dan ambisi ini. Ketika realitas hidup tidak sama dengan apa yang kita harapkan, lahirlah beban hati, yang bahasa kerennya: stres. Bahkan ketika stres terasa, sering kita tidak punya ide bagaimana menetralisirnya. Bahkan rasanya dalam obrolan-obrolan sambil ngopi sore hari antar sekelompok eksekutif, rasanya malu kalau dalam pekerjaannya tidak ada stres. Stres menjadi bukti bahwa kita pekerja yang gigih, lihai dan gesit.

Ketika stres mulai muncul semakin banyak, apa yang biasanya kita lakukan? Demi “dewa ambisi dan produktivitas”, kita justru berlari lebih cepat, dengan harapan bahwa stres tersebut akan terlupakan, atau berlalu karena kesibukan. Bagaikan seekor hamster yang berlari di roda yang tak kunjung henti, kita terserap dalam slogan “Jangan Berhenti, Terus Pacu Diri!”.

"Semua Pasti Berlalu"

Semuanya dalam hidup adalah pilihan. Pilihan bijaksana adalah pilihan yang diambil berdasarkan kesadaran yang benar.

Hal pertama yang layak kita renungkan, apakah formula hidup di atas memang benar? Mengapa sedemikian banyak orang mencapai sukses dalam karier dan rezekinya, namun tidak bahagia juga? Apakah sukses tidak sama dengan kebahagiaan sejati?

Memang lucu tapi sangat manusiawi, ketika kita sibuk mengejar kenikmatan inderawi, dalam bentuk karier, rezeki, dan sukses, seringkali rasa bahagia yang datang bersifat hanya sesaat.

Dan sesuai dengan hukum alam, bahwa “semua pasti berlalu” dan tidak ada yang kekal, maka ketika kenikmatan inderawi ini hilang, baik karena kita bosan dengannya maupun lenyap dari hidup kita, maka bukan bahagia yang kita rasakan tapi justru stres dan penderitaan.

Kebahagiaan tersebut menjadi tidak membebaskan justru memenjarakan kita, karena kembali kita harus berpacu untuk mengejar hal berikut yang akan memuaskan kita. Ini yang saya sebut sebagai ketidaksadaran.

Kesehatan Tubuh pun Jadi Korban

Adakah pilihan lain yang lebih sehat, baik dan bijaksana? Mungkin saja. Namun agaknya pilihan tersebut tidak akan terlintas di benak kita, ketika kita begitu sibuk dalam “pacuan roda hamster” yang kita jalani siang dan malam.

Bahkan ketika kelelahan tersebut memuncak, energi kita untuk menjalani hidup semakin tipis, toleransi akan berbagai perubahan semakin berkurang, kecenderungan kita untuk menjadi emosional pun muncul, dan lama-lama kelamaan tubuh mulai angkat bicara.

Sadarkah Anda bahwa setiap saat tubuh Anda bisa berkomunikasi dengan Anda? Seringkali tubuh memberikan isyarat “Lapar... lapar...”, atau “Letih... letih...”, atau “Mohon berhenti, rileks...”. Bila kita bersedia untuk berhenti sejenak dari pacuan hidup serta berbagai pelarian yang biasa kita gunakan, mungkin kita lebih mampu mendengar diri sendiri.

Sementara ketika kita gagal mendengarkan isyarat alamiah dari tubuh, gejala penyakit mulai muncul. Dari mulai sulit tidur, sakit kepala, turunnya daya tahan tubuh dan stamina, ketegangan otot dan saraf, serta berbagai penyakit kronis lain yang lebih serius, seperti hipertensi, diabetes, dan lainnya seolah-olah menjadi panggilan terakhir dari tubuh yang sudah putus asa memberikan isyaratnya kepada kita. Sebagian besar kita sudah tahu teori bagaimana memelihara kesehatan. Pertanyaan besarnya adalah: sadarkah Anda?

Melatih Kesadaran dengan Sederhana & Praktis

Sadari pilihan-pilihan hidup Anda. Sadar untuk mengingatkan diri sendiri bahwa ada kalanya kita perlu membuat prioritas untuk beristirahat, mengingatkan diri untuk bernapas. Ya, bernapas. Perhatikanlah bagaimana dalam arus kesibukan, kita seringkali terlupa untuk menghela napas lega, dan membunyikan “aaah...”. Tubuh Anda akan menghargainya, dan memberikan Anda energi dan ruang untuk berbahagia dalam hidup Anda.

1 comment:

  1. saya ini pemegang moto: life is so short, so move slowly.
    hahaha

    ReplyDelete